Harga Lombok Makin "Pedas", Wakil Wali Kota Armuji Minta Masyarakat Optimalkan Urban Farming

SURABAYA (Lenteratoday) - Menjelang Hari Raya Idul Adha, berbagai harga barang pokok merangkak naik termasuk cabai. Bahkan, di sejumlah pasar di Jawa Timur harga cabai rawit tembus Rp 100 ribu perkilogram.
Untuk itu, Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji meminta para masyarakat untuk mengoptimalkan sistem urban farming. Salah satu yang bisa ditanam dalam urban farming adalag cabai, sehingga masyarakat tidak perlu beli.
Untuk diketahui, berdasar Sistem Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) yang dikelola Pemerintah Provinsi Jawa Timur, harga rata-rata cabai rawit mencapai Rp 82.023 perkilogram.
Di pasar-pasar di Surabaya, harga cabai rawit mencapai Rp 85.000 perkilogram untuk Pasar Genteng, Keputran, dan Tambahrejo. Untuk Pasar Pucanganom Rp 70.000 dan Pasar Wonokromo Rp 90.000.
Harga cabai besar di Pasar Genteng dan Keputran Rp 70.000 per kilogram. Sedangkan Pasar Pucanganom dan Tambahrejo Rp 60.000. Kemudian Pasar Wonokromo Rp 65.000. Untuk harga rata-rata cabai besar Jawa Timur Rp 60.725 per kilogram. Harga rata-rata tertinggi di Kabupaten Gresik Rp 70.000. Dan harga rata-rata terendah di Kabupaten Blitar Rp 51.500.
Diduga penyebabnya ialah serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) terdapat empat serangan, yakni hama lalat buah seluas, trips, dan kutu kebul.
Sedangkan penambahan serangan penyakit virus kuning, Antraknose, bercak daun, dan layu fusarium. Selain itu cuaca Ekstrem juga menjadi penyebab fluktuasinya angka produksi cabai rawit.
"Pemerintah kota akan mengambil langkah terkait dengan melambungnya harga lombok jelang idul adha, tidak hanya lombok nanti juga akan kita amati bahan pokok lainnya," kata Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji, berdialog dengan petani lombok di aula kelurahan made kecamatan sambikerep pada kamis (9/6/2022) pagi.
Cak Ji juga meminta agar petani lombok berbesar hati dan terus menggunakan daya - upaya untuk menjaga ritme produksi seoptimal mungkin. Untuk mendukung Pemerintah Kota Surabaya dalam menjaga stabilitas ekonomi maka ia juga meminta agar DKPP membantu kelancaran distribusi pupuk subsidi bagi petani hingga pengembangan teknologi tepat guna untuk membantu meningkatkan produktivitas lahan pertanian.
"Kita mustinya bisa belajar dari tahun ke tahun agar bisa memiliki langkah antisipastif apabila ada tren maupun kejadian seperti ini, maka dari itu saya juga minta penyuluh pertanian mampu mendampingi para petani dan mengambil tindakan terbaik," ungkap Cak Ji, sapaan akrbanya.
Selain melakukan berbagai langkah antisipasi, Cak Ji juga menegaskan pemerintah kota surabaya akan mengawasi distributor maupun pasar untuk komoditi bahan pokok agar tidak terjadi penimbunan serta menyusun skema kerjasama dengan daerah prdousen bahan pokok untuk mengamankan ketersediaan stok di kota Surabaya.
Sementara, Petani cabai di Kelurahan Made, Kecamatan Sambikerep, Surabaya, Karnoto mengakui adanya penurunan hasil panen cabai tahun ini. Bahkan, penurunannya sangat drastis.
"Biasanya, dalam puncak musim panen kami bisa menghasilkan 2 kwintal untuk 1 hektare lahan. Namun, saat ini kami hanya bisa mendapatkan sekitar 20 kg," kata Ketua Kelompok Tani Sendang Biru, Kelurahan Made, Kecamatan Sambikerep, Karnoto. (*)
Reporter : Miranti/rls | Editor : Lutfiyu Handi