13 April 2025

Get In Touch

Lolos Serangan Bom Israel, Ulama Hizbullah Meninggal karena Covid-19

Ali Akbar Mohtashamipour, ulama Iran pendiri Hizbullah yang lolos dari bom Israel meninggal karena Covid-19 -Ist
Ali Akbar Mohtashamipour, ulama Iran pendiri Hizbullah yang lolos dari bom Israel meninggal karena Covid-19 -Ist

JAKARTA (Lenteratoday) -Ali Akbar Mohtashamipour, seorang ulama asal Iran dan pendiri Hizbullah meninggal karena Covid-19.

Dia pernah jadi target serangan bom buku yang dilaporkan didalangi Israel dan masih selamat meski kehilangan tangan kanannya.

Mohtashamipour meninggal pada usia 74 tahun. Dia pernah menjabat sebagai duta besar Iran untuk Suriah.

Dia merupakan sekutu dekat almarhum Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini. Pada 1970-an, dia membentuk aliansi dengan kelompok-kelompok Muslim di seluruh Timur Tengah.

Setelah Revolusi Islam Iran, Mohtashamipour membantu mendirikan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran. Ketika menjadi duta besar untuk Suriah, dia membawa pasukan IRGC untuk membantu membentuk Hizbullah Lebanon.

Pada tahun-tahun terakhirnya, dia perlahan-lahan bergabung dengan gerakan reformis di Iran, berharap untuk mengubah teokrasi Republik Islam dari dalam.

Menurut kantor berita IRNA, Mohtashamipour meninggal di sebuah rumah sakit di Teheran utara setelah tertular virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Ulama ini, selalu mengenakan sorban hitam sebagai ciri khas dalam tradisi Syiah sebagai keturunan langsung Nabi Muhammad, telah tinggal di kota suci Syiah Najaf, Irak, selama 10 tahun terakhir setelah pemilu yang disengketakan di Iran.

Lahir di Teheran pada tahun 1947, Mohtashamipour bertemu Khomeini sebagai ulama di pengasingan di Najaf setelah diusir dari Iran oleh Shah Mohammad Reza Pahlavi. Pada 1970-an, dia melintasi Timur Tengah berbicara kepada kelompok-kelompok militan pada saat itu, membantu membentuk aliansi antara Republik Islam Iran masa depan dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) saat memerangi Israel.

Hizbullah, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan di Beirut, menyampaikan belasungkawa, memuji Mohtashamipour atas perannya dalam melayani revolusi dan dalam memberikan segala bentuk dukungan terhadap peluncuran perlawanan Islam di Lebanon dan perjuangan Palestina.

"Luka berdarah di tangan, wajah, dan dadanya sebagai akibat dari upaya pembunuhan adalah bukti posisi jihadnya yang besar, terutama pada tahap konflik dengan musuh Zionis," bunyi pernyataan Hizbullah, seperti dikutip AP, Selasa (8/6/2021).

Pada saat upaya pembunuhan terhadapnya, badan intelijen Israel Mossad telah menerima laporan persetujuan dari Perdana Menteri saat itu Yitzhak Shamir untuk mengejar Mohtashamipour. Hal itu diungkap dalam buku "Rise and Kill First", buku tentang pembunuhan oleh Israel yang ditulis oleh jurnalis Ronen Bergman (Ist).

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.