19 April 2025

Get In Touch

Menakar Indonesia ke Depan, Ubaya Undang Ketua PBNU dan PP Muhamadiyah

Ketua PBNU dan PP Muhammadiyah menjadi pembicara dalam diskusi di Surabaya.
Ketua PBNU dan PP Muhammadiyah menjadi pembicara dalam diskusi di Surabaya.

SURABAYA (Lenteratoday) – Universitas Surabaya (Ubaya) mengundang Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), K.H. Yahya Cholil Staquf, dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir, M.Si. dalam  studium generale 2022-2023. Mereka menjadi pembicara dalam acara bertajuk “Menakar Indonesia ke Depan: Harmoni Kehidupan Beragama untuk Merawat Indonesia” Rabu (31/8/2022).

Prof. Haedar menegaskan bahwa pemimpin negara tidak bisa memimpin dengan visi pribadi, melainkan harus berdasarkan visi kebangsaan. “Masa depan negara ini ditentukan dari seberapa jauh modal berbangsa dan bernegara yang dimiliki masyarakat. Modal inilah yang harus dibangun, dikembangkan, dan dirawat,” ujarnya dalam acara yang berlangsung di Ruang Pertemuan lantai 5, Gedung Perpustakaan, Kampus Ubaya Tenggilis Jl. Raya Kalirungkut.

Ia menambahkan, masyarakat bersama pemerintah harus mempunyai rancang bangun masa depan yang merupakan akumulasi dari politik, ekonomi, agama, dan sebagainya.

Sementara, Gus Yahya memaparkan sudut pandangnya tentang harmoni kehidupan beragama. Ia menyebut, sikap toleransi antar sesama dalam perbedaan adalah pemenuhan mandat proklamasi. “Kita bisa rukun kalau kita punya rasa persaudaraan, kemanusiaan, dan kebangsaan. Sehingga, kumpulan orang yang berusaha merusak Indonesia harus dibubarkan. Jangan memperalat agama dan identitas-identitas lainnya sebagai senjata politik,” tegasnya.  

Sementara itu, Ketua Panitia Studium Generale 2022-2023 Seri 3, Amirul Ulum, S.Sos., M.IP., menyebut pemilihan tema menyesuaikan momen kemerdekaan Republik Indonesia ke-77 tahun yang saat ini euforianya masih dirasakan oleh masyarakat.

“Hal ini membuat pembahasan mengenai toleransi dan merawat Indonesia dari segi kerukunan beragama menjadi topik yang tepat untuk didiskusikan. Pembahasan ini juga dapat menjadi insight baru bagi calon pemimpin bangsa agar mampu membawa Indonesia hidup berharmoni di tengah keberagaman yang ada,” imbuhnya.

Rektor Ubaya, Dr. Ir. Benny Lianto, M.M.B.A.T, mengatakan topik yang dibahas pada studium generale kali ini sesuai dengan visi Ubaya yang ingin mencetak pemimpin nasional yang berkarakter dan memiliki integritas melalui dunia pendidikan.

“Melalui acara ini, Ubaya ingin mengajak mahasiswa, civitas akademika, serta seluruh masyarakat untuk mewujudkan kebhinekaan dan keberagaman potensi bangsa. Ini adalah modal sosial untuk mewujudkan Indonesia maju,” ujarnya.

Dia mengatakan bahwa diskusi bersama K.H. Yahya Cholil Staquf dan Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir, M.Si., menghasilkan pemikiran yang holistik apabila masyarakat dihadapkan dengan sejumlah tantangan seperti radikalisme, intoleransi, atau terorisme.

“NU dan Muhammadiyah adalah dua sayap Garuda yang telah teruji komitmennya terhadap 4 pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika,” jelasnya.

Sikap inilah yang ingin Ubaya tekankan kepada para civitas akademika dan masyarakat luas untuk bisa hidup berdampingan dalam perbedaan.

Selama kurang lebih satu tahun ke depan akan digelar forum serupa guna membahas tema besar ‘Menakar Indonesia ke Depan’. Di tiap bulannya, Ubaya akan mengundang tokoh nasional dan pejabat publik untuk mendiskusikan tema tersebut dari bidang dan sudut pandang pembicara. Materi-materi yang didiskusikan pada kegiatan ini akan didokumentasikan, salah satunya dalam bentuk buku.  

Benny berharap melalui studium generale seri tiga, masyarakat dapat memiliki wawasan yang lebih dalam tentang harmoni kehidupan di tengah perbedaan. “Semoga civitas akademika Ubaya dapat semakin menghayati pesan kebhinekaan. Selain itu, mereka juga dapat menerapkan toleransi antar sesama dan meningkatkan kepedulian untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan bangsa di masa depan,” pungkasnya. (*)

Reporter : Rahmad Suryadi/rls | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.