20 April 2025

Get In Touch

Mitigasi Bencana Terdampak Erupsi Semeru, Dosen UB Kembangkan IoT Berbasis GIS untuk Warga Pronojiwo

Mitigasi Bencana Terdampak Erupsi Semeru, Dosen UB Kembangkan IoT Berbasis GIS untuk Warga Pronojiwo


MALANG (Lenteratoday) – Universitas Brawijaya (UB) mengembangkan Internet of Things (IoT) berbasis Geographic Information System (GIS) untuk melakukan mitigasi bencana di Kecamatan Pronojiwo yang merupakan daerah terdampak erupsi Gunung Semeru.

“Metode itu sudah diterapkan pada Pascaerupsi Semeru hingga masa-masa pemulihan. Di pascaerupsi semeru, teknologi IoT digunakan memasukkan data, seperti jumlah pengungsi, logistik, sebaran penyintas, lokasi posko, obat-obatan dan makanan. Sedangkan di masa-masa pemulihan, teknologi IoT berbasis GIS digunakan untuk memetakan wilayah yang terdampak untuk pertanian, peternakan, serta sektor lain seperti sekolah yang rusak,” ujar Adipandang Yudono, S.Si., MURP, Ph.D, selaku Dosen Prodi Perencanaan Wilayah Kota Fakultas Teknik UB, Kamis (29/9/2022).

Dijelaskannya bahwa semua data yang dihasilkan oleh IoT dapat menjadi informasi krusial terutama dalam menangani lokasi terdampak. Sehingga bisa dijadikan supporting system untuk menentukan mana kawasan yang layak huni kembali maupun didelineasi sebagai kawasan lindung.

Sementara itu, Ketua Pelaksana Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Semeru, Dr Sujarwo, SP, MP mengakui, IoT mitigasi bencana tersebut berfungsi untuk memudahkan aktivitas mahasiswa yang terlibat dalam proyek kemanusiaan Semeru. Para mahasiswa dimudahkan dalam mengidentifikasi kerusakan dan suplai informasi secara lebih baik, seperti jumlah bangunan yang rusak dan data-data wilayah terdampak.

Selain pemanfaatan IoT untuk mitigasi bencana, dalam Proyek Kemanusiaan MBKM Semeru juga dilakukan School and Town Watching System dengan target sasaran adalah sekolah dan warga masyarakat. School Watching berfungsi untuk mengidentifikasi elemen-elemen sekolah yang berisiko, menganalisis dampak risiko, serta menemukan solus dari permasalahan ketika terjadi bencana.

Sedangkan, Town Watching bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penanggulangan bencana, mengidentifikasi kerentanan lingkungan dan sekitarnya, mengidentifikasi kapasitas atau sumberdaya masyarakat yang dapat digunakan ketika terjadi bencana, serta mengidentifikasi permasalahannya utama di lingkungan masyarakat serta menemukan solusi dari permasalahan tersebut.

“Saat ini hasil sosialisasi School dan Town Watching System akan ditulis dalam sebuah buku saku yang akan diedarkan pada sekolah warga yang berada di Kecamatan Pronojiwo untuk kepekaan mereka dalam mitigasi bencana,” ujar Dr. Sujarwo.

Di sisi lain, pakar Vulkanologi dan Geothermal UB yakni Prof. Sukir Maryanto, S.Si., M.Si., Ph.D menambahkan, sistem IoT dapat bekerja dengan dua metode, yakni melalui media manusia dan menggunakan sensor.

“Media manusia menggunakan tiga tahapan. Pertama, memasukan atau inputing data. Pada saat data dimasukkan akan dilakukan pengelolaan. Dari Manajemen database akan diteruskan ke operasional dashboolard. Operasional dashboard akan berisi infografis berisi sebaran kegiatan, jumlah kegiatan serta grafiknya. Sedangkan secara elektronik, IoT melakukan inputing data berdasarkan sensor-sensor secara elektronik yang dipasang di suatu tempat,” papar Prof. Sukir.

Di akhir, Prof. Sukir mengharap agar kedeoannya penggunaan IoT berbasis geospasial tersebut dapat digunakan untuk kegiatan perencanaan pemulihan area terdampak erupsi Semeru.

Reporter: Santi Wahyu, rls | Editor : Endang Pergiwati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.