20 April 2025

Get In Touch

Warga Guangzhou Mengamuk karena Lockdown, Tolak Kebijakan Nol COVID Cina

Warga di kota industri, Guangzhou, Cina bagian selatan kembali dikarantina dan sempat melakukan perlawanan. (Foto:istimewa)
Warga di kota industri, Guangzhou, Cina bagian selatan kembali dikarantina dan sempat melakukan perlawanan. (Foto:istimewa)

GUANGZHOU (Lenteratoday)- Cina sebagai negara yang pertamakali dihantam corona kini menghadapai guncangan dari masyarakatnya akibat kebijakan ‘nol’ COVID. Sekelompok warga di kota industri, Guangzhou, Cina bagian selatan, berusaha meloloskan diri dari wajib karantina wilayah alias lockdown. Mereka bentrok dengan polisi karena kemarahan sudah memuncak menyusul kebijakan pembatasan guna mencegah penularan virus corona.

Rekaman dramatis menunjukkan beberapa orang menjungkirbalikan kendaraan polisi dan merobohkan pembatas khusus - yang digunakan untuk membatasi mobilitas warga. Tim antihuru-hara telah dikerahkan di daerah tersebut.Di tengah kemerosotan ekonomi, kebijakan nol-Covid di Cina kini berada di bawah tekanan yang besar.

Ketegangan telah meningkat di kawasan Distrik Haizhu, yang saat ini warganya berada dalam perintah agar tetap berada di rumah.Wilayah ini adalah rumah bagi banyak buruh lepas yang miskin. Mereka mengeluh tak akan mendapat uang kalau tidak bekerja dan kekurangan makanan, di tengah melonjaknya biaya hidup di bawah kebijakan pengendalian Covid.

Selama beberapa malam, mereka bertikai dengan petugas penegak disiplin Covid berpakaian putih. Kemudian pada Senin malam, kemarahan warga tiba-tiba meledak sampai ke jalan-jalan Guangzhou dengan aksi pembangkangan massal.

Lagi-lagi, rumor yang tidak berdasar mengambil peran penting di balik itu semua. Desas-desus yang menyebar adalah perusahaan tes Covid telah memalsukan hasil PCR. Dengan jumlah kasus yang tinggi artinya perusahaan bisa menghasilkan lebih banyak keuntungan.

Di bagian utara negara itu, rumor serupa juga telah memberi tekanan.Pejabat di Provinsi Hebei mengumumkan bahwa kota Shijiazhuang akan menghentikan tes Covid secara massal. Tapi itu justru menimbulkan spekulasi bahwa populasi di sana akan digunakan sebagai kelinci percobaan. Mereka dipantau apa yang akan terjadi kalau virus dibiarkan menyebar tanpa terkendali. Diskusi isu ini telah muncul di platform media sosial dengan tagar #ShijiazhuangCovidprevention.

Guangzhou kena lockdown setelah terjadi lonjakan kasus Covid baru-baru ini.

Banyak penduduk setempat yang panik, lalu menimbun obat-obatan Cina yang disebut bisa membantu mengatasi infeksi Covid. Persediaannya di kota disebut hampir habis untuk saat ini.

Kabar burung serupa yang viral telah menyebabkan buruh secara besar-besaran minggat dari kawasan industri Foxcoon di pusat kota Zhengzou dua pekan lalu. Hal ini telah memukul rantai pasok global iPhones, Apple.

Pemerintah daerah di seluruh Cina sedang berjuang untuk mempertahankan pendekatan nol-Covid tanpa merusak ekonomi mereka. Namun, angka penjualan dari pabrik dan retail menunjukkan dampak yang menghancurkan akibat pandemi, dan kebijakan pemerintah dalam menanggulanginya.

Tidak ada satu pun provinsi yang melaporkan adanya nol kasus dalam beberapa hari terakhir.

Sekitar 20 juta orang di jantung kota besar Chongqing, Cina bagian barat, telah dikenakan kebijakan lockdown yang ironisnya oleh orang-orang disebut sebagai "manajemen statis sukarela". Ini karena, meskipun belum ada pengumuman resmi, penduduk diperintahkan untuk tetap berada di dalam rumah oleh petugas setempat.(*)

Sumber:BBC,ist | Editor:widyawati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.