
ANKARA (Lenteratoday)-Puluhan ribu orang masih dinyatakan hilang dalam gempa bumi dahsyat yang mengguncang Turkiye dan Suriah. Data terakhir, sedikitnya 50.000 orang dengan lebih banyak lagi yang ditemukan dalam kondisi terluka.
Demikian disampaikan kepala kemanusiaan PBB, Martin Griffiths kepada Dewan Keamanan PBB dilansir kantor berita Associated Press, Rabu (1/3/2023). Dia mengatakan bahwa tiga minggu setelah gempa bermagnitudo 7,8 melanda Turkiye dan Suriah, diikuti oleh rentetan gempa susulan yang kuat, termasuk pada hari Senin (27/2/2023), skala bencana sekarang jauh lebih jelas: setidaknya 44.000 orang telah tewas di Turkiye dan sekitar 6.000 orang tewas di Suriah, terutama di wilayah Suriah barat laut yang dikuasai pemberontak.
Griffiths mengatakan pada pertemuan dewan yang berfokus pada Suriah itu bahwa sebelum gempa bumi, 15,3 juta orang atau 70 persen dari populasi negara itu, membutuhkan bantuan kemanusiaan. Dia mengatakan bahwa selama kunjungannya usai gempa, dia melihat banyak kawasan telah hancur.
"Penilaian awal menunjukkan 5 juta orang di Suriah membutuhkan tempat tinggal dasar dan bantuan non-pangan," kata Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk urusan kemanusiaan tersebut. "Di banyak daerah, empat hingga lima keluarga ditampung dalam tenda, tanpa fasilitas khusus untuk orang lanjut usia, penderita penyakit kronis, atau penyandang disabilitas," imbuhnya.
Selain itu, Griffiths memberi tahu anggota DK PBB bahwa ratusan bangunan berisiko tinggi untuk runtuh, ribuan bangunan lainnya mungkin perlu dihancurkan, risiko penyakit meningkat di tengah wabah kolera pra-gempa, dan harga makanan serta barang-barang penting lainnya terus melonjak.
"Perempuan dan anak-anak menghadapi peningkatan pelecehan, kekerasan dan risiko eksploitasi dan kebutuhan akan dukungan psikososial sangat besar," katanya.(*)
Sumber:AP,ist/Editor: widyawati