10 April 2025

Get In Touch

Desa Wisata Harus Meningkatkan Kualitas Tata Kelola dan Jejaring Destinasi

Anggota Komisi X DPR RI, Puti Guntur Soekarno setelah acara Forum Peningkatan Kualitas Tata Kelola dan Jejaring Destinasi Desa Wisata Kabupaten Sidoarjo yang diselenggarakan oleh Kemenparekraf, Deputi Bidang Pengembangan Kualitas Tata Kelola dan Jejaring D
Anggota Komisi X DPR RI, Puti Guntur Soekarno setelah acara Forum Peningkatan Kualitas Tata Kelola dan Jejaring Destinasi Desa Wisata Kabupaten Sidoarjo yang diselenggarakan oleh Kemenparekraf, Deputi Bidang Pengembangan Kualitas Tata Kelola dan Jejaring D

SIDOARJO (Lenteratoday) - Anggota Komisi X DPR RI, Puti Guntur Soekarno, mengakui pentingnya tata kelola dan jejaring destinasi desa wisata yang baik. Terlebih lagi, Desa wisata menjadi destinasi primadona pascapandemi. Bahkan, diperkirakan sebanyak 44 persen wisatawan memilih berwisata ke desa wisata pascapandemi Covid-19. 

Seperti disampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno, desa wisata menjadi unggulan dalam pencapaian target terciptanya 4,4 juta lapangan kerja di tahun 2024. Juga menopang target 8,5 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dan 1,4 miliar pergerakan wisatawan nusantara.

"Karena saat ini banyak sekali progres dari desa wisata, tapi ada juga yang jalan ditempat karena tidak bisa berkembang dan tidak bisa mengangkat perekonomian serta kesejahteraan warga setempat," ujar Puti dalam Forum Peningkatan Kualitas Tata Kelola dan Jejaring Destinasi Desa Wisata Kabupaten Sidoarjo yang diselenggarakan oleh Kemenparekraf, Deputi Bidang Pengembangan Kualitas Tata Kelola dan Jejaring Destinasi Desa Wisata Kabupaten Sidoarjo, di Luminor Hotel Sidoarjo, Selasa (25/7/2023).

Cucu Bung Karno ini optimis bahwa desa wisata, khususnya yang ada di Sidoarjo dapat terus berkembang dan maju. Terlebih, Sidoarjo memiliki potensi wisata yang luar biasa, mulai dari wisata edukasi, agrowisata, wisata alam, wisata budaya, hingga wisata kuliner.

"Desa wisata ini harus dilihat secara komprehensif, sebuah entitas besar yang hidup, di mana di dalamnya terdapat tradisi, adat, manusia dan interaksinya termasuk dengan alam yang harus terus dirawat. Kearifan lokal harus jadi poin penting dalam pembangunan desa wisata," tandasnya.

Puti menambahkan, dalam mengembangkan tata kelola dan jejaring destinasi desa wisata harus memanfaaatkan teknologi digital yang berfungsi untuk memperluas promosi.

"Kita juga harus adaptif, kreatif, berdaya saing tinggi untuk pengembangan desa wisata agar berkembang dengan baik," pesan Puti.

Sementara itu, Koordinator Pengembangan Destinasi Kemenparekraf Wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur, Wisnu Sri Wijaya Recodemus mengatakan paradigma pariwisata di Indonesia mengalami perubahan pasca pandemi Covid-19. Dimana wisata bukan lagi bersifat massal atau mass tourism tetapi lebih pada costumize tourism atau wisata yang lebih personal.

"Jika dulu mementingkan quantity (kuantitas kunjungan), sekarang lebih mengutamakan quality (kualitas kunjungan) yang mana ini menjadi keuntungan bagi kita untuk mendorong destinasi desa wisata. Maka dari itu kita perlu mewujudkan destinasi yang berkelanjutan," kata Wisnu.

Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pihaknya menggelar acara ini untuk mendorong peningkatan kualitas destinasi desa wisata agar memiliki nilai ketertarikan, daya saing, dan berkelanjutan serta sebagai upaya meningkatkan lama tanggal wisatawan, sekaligus menguatkan tata kelola desa wisata.

Dalam acara yang dihadiri oleh puluhan pelaku sektor pariwisata itu Wisnu berpesan, hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mendorong peningkatan kualitas destinasi desa wisata pasca pandemi, selain potensi desa adalah Sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability).

Lalu yang tak kalah penting adalah meningkatkan kualitas keramahtamahan dan pelayanan, kesiapan mitigasi bencana, serta menyiapkan tata kelola sampah yang baik.

"Jadi bagaimana cara wisatawan yang datang tak hanya berkunjung, namun bisa mendapatkan wawasan, pengalaman, dan pengetahuan menarik saat berkunjung, sehingga setelah mereka pulang akan bercerita dan mengajak orang lain untuk berkunjung ke desa wisata tersebut. Mereka singgah dan membeli produk hasil desa itu," katanya.

"Disinilah pentingnya Penerapan Sapta Pesona yaitu Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah dan Kenangan," sambungnya.

Berdasarkan data Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Sidoarjo, terdapat sebanyak 21 desa wisata di kota delta yang diakui dan memiliki Surat Keputusan (SK).

"Harapannya 21 desa wisata ini digarap dengan serius. Pesannya, harus kolaboratif dan sinkron antara BUMDes, PemDes, bersama pengelola destinasi agar pengembangan desa wisata ini bisa maksimal," pungkas Kepala Disporapar Kabupaten Sidoarjo, Joko Supriyadi. (*)

Reporter : Angga Prayoga | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.