21 April 2025

Get In Touch

Buntut Milik Utang Rp 5.000 T, Raksasa Properti China Evergrande Bangkrut

Ilustrasi
Ilustrasi

NEW YORK (Lenteratoday)- Raksasa properti China, Evergrande mengajukan kebangkrutan di pengadilan New York Amerika Serikat. Ini merupakan buntut menggunungnya utang hingga US$ 330 miliar atau nyaris Rp 5.000 triliun yang sudah jatuh tempo.

Soal Evergrande, pada beberapa waktu lalu Presiden Jokowi pernah mengingatkan pengembang perumahan di Indonesia agar berhati-hati saat berbisnis. Dia tak ingin apa yang terjadi pada Evegrande ini dialami oleh pengembang lain, khususnya di Indonesia.

Diketahui, gagal bayar utang yang melilit Evergrande ini terjadi sejak 2021 lalu. Evergrande menjadi salah satu contoh buruk krisis properti yang ada di China.

Dikutip dari Reuters, Jumat (18/8/2023), hal ini dilakukan Evergrande di tengah kekhawatiran yang berkembang bahwa masalah di sektor properti China dapat menyebar ke sektor ekonomi kali karena pertumbuhan melambat. Evergrande mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 15 yang melindungi perusahaan non-AS yang menjalani restrukturisasi dari kreditur yang ingin menuntut mereka atau mengikat aset di Amerika Serikat.

Afiliasi dari Evergrande, Tianji Holdings juga melakukan langkah yang sama pada Kamis lalu di pengadilan kebangkrutan Manhattan.

Sejak krisis utang sektor ini terungkap pada pertengahan 2021, perusahaan yang menyumbang 40% penjualan properti di China ini telah mengalami gagal bayar utang.

Country Garden, yang juga pengembang swasta terbesar di China, mengalami hal yang sama. Perusahaan juga mengkhawatirkan investor setelah perusahaan melewatkan beberapa pembayaran bunga bulan ini.

Evergrande baru-baru ini memiliki kewajiban membayar utang sebesar US$ 330 miliar atau mencapai Rp 4.950 triliun. Gagal bayar alias default akhir tahun 2021 memicu serangkaian default di pembangun lain, mengakibatkan ribuan rumah mangkrak di seluruh China.

Dalam pengajuan di pengadilan kebangkrutan Manhattan, Evergrande mengatakan sedang mencari pengakuan atas pembicaraan restrukturisasi yang sedang berlangsung di Hong Kong, Kepulauan Cayman, dan Kepulauan Virgin Britania Raya.

Evergrande mengatakan kreditur mungkin bisa memberikan tanggapannya pada bulan ini terkait restrukturisasi, dengan kemungkinan persetujuan dari pengadilan Hong Kong dan British Virgin Islands pada minggu pertama bulan September.

Perusahaan mengusulkan penjadwalan sidang pengakuan Bab 15 untuk 20 September.

Bulan lalu, Evergrande membukukan kerugian gabungan sebesar US$ 81 miliar untuk tahun 2021 dan 2022, memicu kekhawatiran investor tentang kelangsungan rencana restrukturisasi utang yang diusulkannya pada bulan Maret.

Pada hari Senin, unit kendaraan listriknya China Evergrande New Energy Vehicle Group (0708.HK) mengumumkan restrukturisasi yang diusulkannya sendiri.

Kerugian gabungan Evergrande NEV tahun 2021 dan 2022 hampir $10 miliar. Perdagangan saham China Evergrande dihentikan pada Maret 2022.(*)

Sumber:Reuters/Editor: widyawati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.