20 April 2025

Get In Touch

AS Khawatir Hubungan Rusia dan Korea Utara Meningkat

Presiden China Xi Jinping menyampaikan pandangannya saat pembukaan KTT G20 Indonesia 2022 di Nusa Dua, Bali, Selasa (15/11/2022). ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Prasetyo Utomo/wsj. (Media Center G20 Indonesia/ADITYA PRADANA PUTRA)
Presiden China Xi Jinping menyampaikan pandangannya saat pembukaan KTT G20 Indonesia 2022 di Nusa Dua, Bali, Selasa (15/11/2022). ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Prasetyo Utomo/wsj. (Media Center G20 Indonesia/ADITYA PRADANA PUTRA)

WASHINGTON (Lenteratoday) - Amerika Serikat (AS) merasa khawatir akan adanya peningkatan hubungan antara Rusia dengan Korea Utara atau Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK). Untuk itu, AS berharap China bisa mendorong Korea Utara kembali ke jalur diplomasi.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Matthew Miller membuat pernyataan tersebut di tengah rencana pertemuan puncak antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Beijing bulan ini. Dia berasa bahwa dari pertemua tersebut bisa memperkuat kerja sama kedua negara itu dengan Korea Utara.

Miller menegaskan kembali kekhawatiran Washington terhadap peningkatan kerja sama antara Rusia dan Korea Utara. "Kami mengkhawatirkan peningkatan hubungan antara Rusia dan Korea Utara, khususnya terkait potensi pengiriman senjata baik dari DPRK ke Rusia maupun dari Rusia ke DPRK," kata dia, dikutip dari antara Selasa (3/10/2023).

Miller mengatakan Xi dan Putin diperkirakan bertemu dalam forum internasional terkait Prakarsa Sabuk dan Jalan, bulan ini. Pertemuan itu dilakukan setelah Putin bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di pusat antariksa Rusia pada 13 September lalu.

Pertemuan itu terjadi setelah AS memperkuat kerja sama keamanan trilateral dengan Korea Selatan dan Jepang di tengah ancaman militer Korea Utara yang terus membesar, dan semakin agresifnya China, serta perang Rusia di Ukraina.

Untuk itu, AS meminta China menggunakan pengaruhnya untuk mendorong Korea Utara mengambil langkah-langkah memperluas konflik dan kembali ke jalur diplomasi. "Salah satu yang kami desak dalam percakapan kami dengan pejabat China adalah bahwa China memiliki posisi unik dalam menggunakan pengaruhnya terhadap DPRK guna mendesak mereka mengambil langkah-langkah deeskalasi dan kembali ke jalur diplomasi," kata dia dalam konferensi pers Senin (2/10/2023) dikutip dari antara.

"Kami akan terus mendorong mereka agar menggunakan pengaruh itu sejauh mungkin sesuai keinginan mereka," tambah dia. (*)

Sumber : Antara | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.