08 April 2025

Get In Touch

Profil Savitri Zuhilda, Jatuh Cinta pada Profesi Bidan karena Ingin Bantu Ibu dan Bayi di Bima

Savitri Zuhilda, perempuan asal Bima yang menuntaskan studi di Unusa
Savitri Zuhilda, perempuan asal Bima yang menuntaskan studi di Unusa

SURABAYA (Lenteratoday)- Menjadi seorang bidan awalnya tidak pernah terlintas dalam pikiran Savitri Zuhilda, seorang bidan yang baru saja diambil sumpahnya dalam acara Sumpah Profesi Bidan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) baru-baru ini.

Bahkan, perjalanan Savitri menuju profesi ini ternyata tak dimulai dengan minat atau keinginan pribadi yang kuat, melainkan bermula dari dorongan orang tuanya.

"Ibu saya adalah seorang bidan, tapi sejujurnya dulu saya punya passion sendiri, ingin masuk kuliah ke jurusan teknologi pangan. Setelah lulus SMA saat itu sempat gap year, akhirnya orang tua saya yang mendorong saya untuk masuk ke program studi kebidanan," kata Savitri, Senin (21/10/2024).

Ia bercerita, jika awalnya merasa ragu dan kurang tertarik, ia tetap menjalani perkuliahan dengan dedikasi maksimal.

"Awal kuliah bisa dibilang berat, ada keraguan juga bisa apa enggak. Jadi waktu kuliah S1 Bidan saya menjalani seadanya.

Tapi ketika memutuskan lanjut profesi bidan, disitu titik baliknya hingga  saya punya ambisi tinggi dan ingin membayar apa yang kurang maksimal dulu  ketika S1,” kisahnya.

Momen yang mengubah hidupnya...

Momen yang mengubah hidupnya adalah ketika ia mulai menjalani praktik lapangan, terutama saat terjun langsung membantu proses persalinan.

Pada momen itulah, Savitri merasakan secara nyata peran penting bidan dalam menjaga kesehatan ibu dan bayi 
yang baru lahir.

"Saya ingat saat pertama kali terlibat langsung dalam proses persalinan. Ada perasaan bangga tersendiri bisa membantu seorang ibu berjuang dalam persalinan, dan bayinya selamat. Disitu saya berpikir betapa keren dan mulianya profesi ini dan saya mulai mencintai profesi ini sepenuhnya," ungkap Savitri dengan penuh haru.

Tekadnya itu berhasil mengantarkan Savitri lulus dengan IPK 4.00, dan seiring berjalannya waktu, ia mulai menumbuhkan cinta dan rasa tanggung jawab terhadap profesinya. Savitri mulai menganggap profesi bidan sebagai jalan hidup yang benar-benar ingin ia tekuni.

Anak ketiga dari empat bersaudara itu mengungkapkan bahwa keragu-raguannya juga yang membawa dirinya terbang dari Bima ke Surabaya untuk menuntut ilmu. 

“Ketika saya memutuskan untuk mau studi di kebidanan, disitu saya juga bertekad ingin sekolah di luar pulau saja. Saya berpikir, saya harus mengembangkan diri lebih maksimal di tempat yang lebih juga, dan dari situ saya search di internet dan muncullah Unusa pertama kali yang akhirnya menjadi tujuan saya sampai saat ini,” ujar perempuan kelahiran Bima, 10 November 2000 itu.

Savitri mengungkapkan motivasi terbesarnya untuk merantau adalah karena kondisi penanganan permasalahan ibu dan bayi di daerah Bima masih perlu perhatian serius. Keberadaan jumlah seorang bidan di Bima terbilang cukup banyak, namun angka kematian yang terjadi juga terbilang masih cukup tinggi.

“Bidan di Bima itu cukup banyak, tapi untuk penanganan lebih dalam terhadap persoalan ibu dan bayi masih kurang. Disana pemantauannya belum menyeluruh bahkan minim, pemanfaatan kadernya terbilang belum maksimal, beda jika saya melihat di Surabaya, kita bisa memantau risiko dan melihat perkembangan ibu dan bayi sangat mudah,” ungkapnya.

Hal tersebut akhirnya menjadi dorongan kuat Savitri kedepannya untuk kembali ke daerah asalnya.

"Setelah lulus profesi ini, saya ingin bekerja dulu menjadi Bidan di Surabaya untuk sementara waktu. Saya ingin memperkaya pengalaman dan wawasan dulu disini, yang akhirnya nanti bisa saya bawa pulang ke Bima dan membuka praktek sendiri disana, juga bisa memberikan sistem pelayanan lebih baik,” tambahnua.

Kini, setelah resmi diambil sumpah sebagai bidan, Savitri siap untuk mengabdikan dirinya dalam dunia kesehatan, khususnya dalam bidang kebidanan.

Ia berharap dapat berkontribusi dalam membantu lebih banyak perempuan melalui masa-masa penting dalam hidup mereka, yaitu proses persalinan. 

"Sekarang saya merasa sangat bersyukur bahwa orang tua saya mendorong saya ke arah yang benar. Saya juga bersyukur bisa menjalani kuliah di Unusa, yang telah memberikan saya banyak ilmu dan pengalaman berharga," tukasnya.

Reporter: Amanah|Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.