16 June 2025

Get In Touch

Wali Kota Maidi Larang Hajatan Secara Prasmanan, Alasannya Menekan Jumlah Sampah di Kota Madiun

Wali Kota Madiun, Maidi. (foto:ist/dok.Kompas.com)
Wali Kota Madiun, Maidi. (foto:ist/dok.Kompas.com)

MADIUN (Lentera) - Pemerintah Kota (Pemkot) Madiun akan menerbitkan aturan agar hajatan tidak menyajikan makanan bagi tamu secara prasmanan, selain boros makanan juga akan menghasilkan banyak sampah.

Wali Kota Madiun, Maidi mengatakan aturan pelarangan sajian makanan secara prasmanan saat hajatan, untuk menekan jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari di Kota Madiun. Tak hanya itu, kondisi tempat pembuangan akhir (TPA) yang berada di Kelurahan Winongo pun sudah overload dan menggunung dengan ketinggian 20 meter.

 

“Hari ini banyak yang gengsi. Mau pernikahan besar-besaran. Akhirnya yang sisa (makanannya) banyak. Kondisi budaya seperti ini harus diubah. Insya Allah saya buat perwal di Madiun. Hajatan boleh di gedung, tetapi jangan prasmanan. Pakai kardus saja,” kata Maidi mengutip Kompas.com, Sabtu (14/6/2025). 

 

Untuk diketahui jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari di Kota Madiun, mencapai 100 ton hingga 120 ton. Sementara tumpukan sampah yang menggunung di TPA Winongo sudah mencapai ketinggian 20 meter. 

 

Bagi Maidi, penyajian makanan dengan model tidak prasmanan akan menghemat pangan, dengan demikian makanan yang disajikan akan habis sesuai dan tidak dibuang lagi. 

 

"Kita harus hemat pangan. Jangan boros. Kalau kita boros alam tidak akan menjamin ke depan,” ungkap Maidi. 

 

Menurut Maidi, dengan model penyajian tidak prasmanan maka tamu bisa membawa pulang makanan. Selanjutnya, makanan yang dibungkus dalam kardus dapat dinikmati bersama keluarga di rumah. 

 

“Kalau dibawa ke rumah tidak menyisakan makanan, kondisi TPA kita tidak berkelebihan. Kalau prasmanan banyak sisa,” tutur Maidi. 

 

Tak hanya itu, Maidi menambahkan makan banyak akan berdampak pada kesehatan, seperti penyakit hipertensi. Terlebih data di Kota Madiun, warga yang terkena penyakit hipertensi cukup tinggi,  kondisi itu terjadi lantaran warga banyak makan tapi tidak diimbangi dengan olahraga imbuhnya.

 

Editor: Arief Sukaputra

 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.