26 July 2025

Get In Touch

Ilmuan Ungkap Sel Telur Bisa Segar 50 Tahun

Ilustrasi (ist)
Ilustrasi (ist)

SURABAYA (Lentera) - Para ilmuwan dari Centre for Genomic Regulation (CRG) di Barcelona mengungkap bahwa sel telur manusia dapat tetap bertahan segar selama puluhan tahun karena menerapkan mekanisme 'penghemat energi' dalam proses pembuangan limbah di dalam sel. Penemuan ini dipublikasikan pada 16 Juli dalam jurnal The EMBO Journal.

Dalam penelitian itu, diketahui bahwa sel telur secara sengaja memperlambat kerja sistem pembuangan limbah internal seperti lisosom dan proteasom saat proses pematangan berlangsung. Pendekatan ini diyakini sebagai hasil adaptasi evolusioner untuk menjaga aktivitas metabolisme tetap rendah dan mengurangi risiko kerusakan pada sel.

“Dengan meneliti lebih dari seratus sel telur yang baru didonorkan, kami menemukan cara minimalis untuk membantu sel tetap bersih selama bertahun-tahun,” kata Dr. Elvan Böke, penulis koresponden studi dan pemimpin grup riset di CRG, dikutip dari Science Daily, Senin (21/7/2025).

Sejak lahir, perempuan memiliki sekitar satu hingga dua juta sel telur yang belum matang, namun jumlah ini terus berkurang hingga hanya beberapa ratus menjelang menopause atau ujung siklus menstruasi. Setiap sel telur harus mampu bertahan tanpa rusak selama puluhan tahun sebelum digunakan saat kehamilan.

Dalam studi ini, menurut peneliti, energi dari setiap daur ulang protein lisosom dan proteasom dapat menghasilkan reactive oxygen species (ROS)—molekul berbahaya yang dapat merusak DNA dan membran. Meski tidak mengukur ROS secara langsung, para peneliti menduga bahwa sel telur memperlambat proses daur ulang guna meminimalkan ROS, namun tetap menjalankan fungsi ‘housekeeping’ yang cukup untuk bertahan hidup.

Penemuan ini memperkuat studi dari tim yang sama pada 2022, menunjukkan bahwa oosit—sel telur yang belum matang—manusia sengaja melewati reaksi metabolik penting untuk menekan produksi ROS. Kedua temuan ini menunjukkan bahwa sel telur memiliki berbagai cara untuk menurunkan daya demi menjaga diri dari kerusakan dalam jangka panjang.

Dalam studi ini, peneliti mengumpulkan lebih dari 100 sel telur dari 21 donor sehat berusia 19–34 tahun di klinik fertilitas Dexeus Mujer di Barcelona. Sebanyak 70 sel telur telah matang dan siap dibuahi, sementara 30 lainnya masih dalam tahap oosit belum matang.

Dengan teknik pencitraan dengan pewarna fluoresen, para ilmuwan melacak aktivitas lisosom, proteasom, dan mitokondria dalam sel hidup. Ketiga indikator tersebut ditemukan sekitar 50 persen lebih rendah dibandingkan sel pendukung di sekitarnya, dan semakin menurun seiring kematangan sel telur.

Pengamatan langsung juga menunjukkan bahwa menjelang ovulasi, sel telur membuang lisosom ke cairan sekitarnya, sementara mitokondria dan proteasom bergerak ke tepi luar sel. “Ini semacam pembersihan besar-besaran yang sebelumnya tidak kami ketahui bisa dilakukan oleh sel telur manusia,” ujar Dr. Gabriele Zaffagnini, penulis utama studi.

Berbeda dengan studi sebelumnya yang umumnya menggunakan sel telur matang buatan di laboratorium, riset ini menjadi studi berskala terbesar terhadap sel telur manusia sehat yang dikumpulkan langsung dari tubuh perempuan. Oosit matang buatan cenderung berperilaku abnormal dan terkait dengan rendahnya keberhasilan fertilisasi in-vitro (IVF).

Penelitian ini berpotensi membuka jalan bagi strategi baru untuk meningkatkan angka keberhasilan IVF, yang mencapai jutaan siklus tiap tahun secara global.

“Pasien fertilitas secara rutin disarankan untuk mengonsumsi berbagai suplemen guna meningkatkan metabolisme sel telur, tapi bukti tentang manfaatnya terhadap keberhasilan kehamilan masih lemah,” ujar Böke.

Sel telur yang baru didonorkan, kata Boke, membuktikan bahwa pendekatan yang berbeda dari selama ini, yaitu mempertahankan metabolisme alami sel telur yang tenang, mungkin merupakan cara baik untuk menjaga kualitasnya.

Tim peneliti dari CRG masih berencana meneliti sel telur dari donor yang lebih tua dan dari siklus IVF yang gagal. Mereka ingin memeriksa ketahanan sistem pembuangan limbah dalam sel seiring bertambahnya usia. 

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.