
MOJOKERTO (Lentera)– Petra Christian University (PCU) kembali menggelar International Community Outreach Program (iCOP) 2025 di Mojokerto.
Dengan mengusung tema "Transforming Society", iCOP 2025 fokus pada pemberdayaan potensi desa serta pelestarian budaya dan lingkungan.
Ketua iCOP 2025, Denny Tri Haryanto, S.T., M.Th., mengatakan perencanaan program dilakukan secara multi-tahun untuk menciptakan dampak berkelanjutan.
“Tahun ini kami hadir tidak hanya untuk belajar budaya lokal, tetapi juga memberikan solusi atas permasalahan nyata masyarakat. Program dirancang melalui rembug warga, dan akan berjalan selama tiga tahun,” ucapnya, Sabtu (26/7/2025).
Ia menjelaskan, dalam iCOP 2025 ini pihaknya berkolaborasi dengan Komunitas Sungai Watch, organisasi lingkungan dari Bali yang dikenal lewat gerakan penanganan sampah sungai.
Di Desa Jembul, Mojokerto yang sedang berkembang menjadi desa wisata berbasis alam dan budaya. para peserta iCOP, relawan Sungai Watch, serta mahasiswa UKM Resimen Mahasiswa 843 PCU bersatu melakukan aksi bersih-bersih sungai dalam program unggulan “Youth Action for Clean Future”.
"Desa Jembul menghadapi tantangan besar, yakni belum adanya sistem pengelolaan sampah domestik yang memadai. Sampah organik dan plastik mencemari aliran sungai, merusak ekosistem, dan mengancam kesehatan warga," jelasnya.
Sebelum kegiatan bersih sungai dimulai, warga mendapat edukasi pengelolaan sampah berbasis TPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Selanjutnya, warga diajak bergotong royong memilah sampah yang terkumpul dari sungai untuk diproses sesuai jenisnya.
“Harapan kami, kesadaran masyarakat terhadap kebersihan sungai bisa tumbuh dari partisipasi langsung seperti ini,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, perwakilan Sungai Watch, Yudi Susanto, menekankan pentingnya edukasi kepada generasi muda.
“Clean up ini bukan sekadar bersih-bersih. Kami juga memberikan edukasi kepada siswa SD, karena perubahan perilaku lebih efektif dimulai dari anak-anak. Mereka bisa menularkan kebiasaan baik ke orang tuanya,” jelas Yudi.
Menurutnya, persoalan sungai tercemar bukan hanya terjadi di Mojokerto, tapi juga di Bali, Banyuwangi, dan Sidoarjo. Ia menambahkan, meskipun program TPS 3R telah digulirkan di banyak tempat, tidak semua warga bersedia membayar iuran pengelolaan sampah. Akibatnya, masih banyak yang membuang sampah sembarangan.
“Kalau sampah dipilah dari awal, sebenarnya punya nilai ekonomi. Di Bali kami bahkan memproduksi kursi pantai dari tas kresek. Satu kursi setara dengan 20 kg plastik,” terangnya.
Selain fokus lingkungan, iCOP 2025 juga menyentuh aspek pelestarian budaya. Di Dusun Lebaksari, Desa Rejosari, para peserta diajak memasak bersama ibu-ibu desa menggunakan bahan lokal seperti ikan nila, sayur pakis, lompong, dan rebung. Kegiatan ini menjadi bagian dari culture lesson yang mempererat relasi lintas budaya.
Sementara itu, salah satu mahasiswa dari InHolland University of Applied Sciences, Daniëlle Muizelaar mengaku senang bisa mengikuti kegiatan ini.
"Ini merupakan pengalaman pertama saya ikut kegaiatan seperti ini. Saya senang, karena orang-orang sekitar sini baik, lingkungannya juga indah. Di sini diperlakukan seperti keluarga," tutupnya.
Diketahui, program yang berlangsung sejak 16 Juli- 9 Agustus 2025 ini melibatkan 152 mahasiswa dari sembilan perguruan tinggi dan enam negara, yang menyebar di enam dusun, lima desa, dan tiga kecamatan untuk melakukan pengabdian masyarakat lintas budaya dan kolaborasi global.
Reporter: Amanah/Editor:Widyawati