03 September 2025

Get In Touch

Pertama Kali, China Lakukan Transplantasi Paru-Paru Babi ke Manusia

ilustrasi babi
ilustrasi babi

SURABAYA (Lentera) - Untuk pertama kalinya dalam sejarah, tim dokter di China berhasil melakukan transplantasi paru-paru babi yang telah dimodifikasi secara genetik ke tubuh manusia. Pencapaian medis yang jarang terjadi ini dianggap sebagai terobosan besar dalam dunia kesehatan dan sudah tercatat dalam jurnal Nature Medicine pada Senin (25/8/2025) waktu setempat.

Transplantasi dilakukan pada seorang pria berusia 39 tahun di Rumah Sakit Pertama Universitas Kedokteran Guangzhou. Pasien tersebut sebelumnya dinyatakan mati otak setelah melalui empat rangkaian tes medis untuk memastikan kondisinya. Dengan persetujuan tertulis dari pihak keluarga, tim medis kemudian melaksanakan prosedur bersejarah ini yang membuka harapan baru bagi pengembangan transplantasi organ lintas spesies di masa depan.

Eksperimen ini menandai babak baru dalam penelitian xenotransplantasi paru-paru, atau transplantasi organ antarspesies, setelah sebelumnya berbagai uji coba serupa di AS dan China lebih banyak berfokus pada organ babi lain seperti jantung, ginjal, dan hati.

"Bagi tim kami, pencapaian ini adalah awal yang berarti," kata dokter salah satu penulis studi, Jiang Shi, mengutip Live Science.

Tujuan penelitian adalah untuk menyelidiki bagaimana sistem kekebalan tubuh manusia bereaksi terhadap transplantasi model ini, tapi bukan untuk mengeklaim kesiapan klinis saat ini. Dengan kata lain, teknik ini belum siap untuk digunakan secara maksimal pada pasien yang masih hidup.

Paru-paru babi yang digunakan dalam prosedur ini telah dimodifikasi dengan teknologi CRISPR oleh perusahaan bioteknologi Clonorgan Biotechnology di Chengdu. Melalui rekayasa genetika, tiga gen babi dinonaktifkan untuk mencegah respons penolakan dari sistem imun manusia, sementara tiga gen manusia ditambahkan guna meningkatkan toleransi tubuh terhadap organ asing tersebut.

Setelah diimplantasikan, paru-paru hasil modifikasi tersebut mampu berfungsi selama sembilan hari, meskipun tanda-tanda penolakan sudah mulai muncul dalam 24 jam pertama. Eksperimen akhirnya dihentikan sesuai permintaan keluarga pasien, yang sejak awal telah memberikan persetujuan untuk uji coba medis berisiko tinggi ini.

Ahli transplantasi dari NYU Langone, Dr. Adam Griesemer, menilai penelitian ini penting untuk memahami respons imun manusia.

"Tidak ada yang mau mendaftar untuk transplantasi paru-paru selama sembilan hari," kata ahli transplantasi dari NYU Langone, Dr. Adam Griesemer, yang tidak terlibar dalam penelitian ini. "Saya pikir sangat penting untuk melakukan studi ini [pada orang yang sudah mati otak] karena kita tidak bisa berasumsi bahwa model hewan akan sepenuhnya mencerminkan apa yang terjadi pada penerima manusia."

Para ilmuwan menekankan masih banyak tantangan, termasuk cara mengendalikan reaksi imun tubuh terhadap paru-paru babi. Dengan karakter paru-paru yang terus terpapar udara luar dan jaringan halusnya yang rentan, organ ini lebih mudah dianggap “asing” oleh sistem imun. 

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.