CANBERRA (Lentera) – Ribuan orang turun ke jalan di berbagai wilayah Australia pada Sabtu (13/9/2025). Aksi demonstrasi ini dipicu oleh beragam isu, mulai dari tuntutan kedaulatan pribumi hingga penolakan terhadap imigrasi.
Dilansir ABC News, Minggu (14/8/2025) aksi terbesar terjadi di Melbourne. Massa membawa bendera Aborigin dan Palestina, kemudian berkumpul di kawasan Stasiun Flinders Street, Central Business District (CBD). Mereka menyuarakan kedaulatan pribumi serta menolak diskriminasi rasial.
Menanggapi kondisi yang makin memanas, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Canberra mengeluarkan imbauan kepada seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Australia. KBRI meminta WNI menghindari lokasi-lokasi demonstrasi, meningkatkan kewaspadaan, dan segera menghubungi pihak kedutaan apabila menghadapi situasi darurat.
Duketahui, kelompok lain yang menamakan diri anti-pemerintah dan anti-imigrasi juga menggelar protes di tangga Gedung Parlemen. Mereka membawa bendera Australia dan mengusung isu korupsi pemerintah, sekaligus menentang kebijakan energi terbarukan.
Keragaman isu yang diangkat membuat situasi demonstrasi cukup kompleks. Di sejumlah kota, aksi berlangsung damai, namun tetap menimbulkan kekhawatiran akan potensi gesekan antar kelompok.
Seorang pengunjuk rasa mengatakan, “Kami berkumpul karena tidak ingin Australia terjebak dalam kebencian. Rasisme hanya membawa perpecahan dan kekerasan.”
Tokoh komunitas Aborigin juga menegaskan, “Apa yang terjadi di tanah leluhur kami adalah tindakan yang menyakitkan. Kami menuntut pemerintah bersikap tegas terhadap kelompok ekstremis.”
Editor:Widyawati/berbagai sumber
