Rumah Aman Rodhiyah Kota Kediri Tempat Berlindung Wanita Korban Kekerasan Seksual dan KDRT

KEDIRI (Lenteratoday) - Mungkin banyak masyarakat yang belum tahu, Kota Kediri memiliki Rumah Aman Rodhiyah. Yakni, rumah penampungan aman anak perempuan korban kekerasan seksual yang dinisiasi para relawan berbagai profesi yang diresmikan Walikota Kediri, Abdullah Abu Bakar, pada 2019 lalu.
“Pada saat peresmian yayasan kami, Pak Wali datang dan membantu semuanya untuk acara itu. Tidak hanya dari Kota Kediri, juga bisa dimanfaatkan anak perempuan korban kerasan seksual dari Kediri Raya ” kata Rondhiyah, pendiri Rumah Aman Rodhiyah, Senin (7/12/2020).
Rondhiyah dan beberapa relawan mulai bergerak sejak tahun 2014. Pada saat itu, korban kekerasan seksual terhadap anak di Kota Kediri semakin banyak sementara belum ada fasilitas yang bisa menampung. Apalagi, pekerjaan ini membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit.
“Tak hanya kepada korban, tapi pendekatan kami juga kepada keluarga korban juga,” kata Vivi Rosdiana, psikolog di Rumah Aman Rodhiyah.
Pada prinsipnya, layanan Rumah Aman Rodhiyah yang beralamat di Perumahan Wilis Indah 2 Blok H Raya No. 46 berupa pendampingan pada para korban sampai ke pengadilan. Selain itu juga memastikan korban mendapatkan tempat yang aman dan nyaman dan tidak dikeluarkan dari sekolah meski dalam kondisi hamil. Juga keluarga korban bisa menerima bagaimana pun kondisi korban.
Di yayasan ini terdapat psikolog, terapis, pengacara, dan juga para relawan yang bekerja tak dibayar untuk membantu para korban. Mereka mengeluarkan dana dari uang pribadi untuk biaya operasional. Para relawan ini juga mencari akses bantuan untuk para korban ke Kemensos misalnya bantuan biaya pendidikan.
“Sementara ini, kami baru bisa menampung anak perempuan saja karena keterbatasan ruang yang tersedia,” tambah Rondhiyah. Rumahnya yang dijadikan tempat menginap bisa menampung maksimal 5 anak. Namun untuk layanan, para relawan kerap mendatangi rumah korban hingga dapat mandiri kembali.
Menurut, Vivi, tidak ada batas waktu pendampingan. Mengingat masing-masing korban membutuhkan waktu yang tidak sama untuk pemilihan dari trauma.
Biasanya, relawan mendampingi hingga proses melahirkan jika korban sampai hamil. Kemudian bayi korban ada yang diambil keluarga, ada pula yang diserahkan ke panti asuhan di Jombang.
“Impian saya, punya ruang yang bisa menampung bayi juga. Alangkah bahagianya ketika bisa melihat ibu dan bayinya bisa bersama,” kata Rondhiyah.
Selain melayani korban kekerasan seksual anak, juga menampung anak jalanan yang terancam, konseling rumah tangga secara gratis. Pasien yang datang kebanyakan perempuan yang mengalami KDRT dan PSK. Sejauh ini, lebih dari 20 orang perempuan dampingan yang sudah mandiri.
Setelah konseling, yayasan juga mendampingi untuk mendapatkan pelatihan dan juga dana dari Kemensos. Hasilnya, beberapa perempuan dampingan sudah bisa mendiri secara ekonomi, memiliki usaha katering dan salon.(gos)