
JAKARTA (Lenteratoday) -Upaya preventif secara kolektif dinilai perlu dalam upaya melandaikan kenaikan kasus Covid-19. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut dalam upaya tersebut, setiap orang punya peranan penting memutus mata rantai penularan.
Perlu dimengerti bahwa upaya pencegahan yang baik harus terus dilakukan secara konsisten. Pasalnya selama masa pandemi belum berakhir, peluang penularan masih ada, seperti yang terjadi pasca-libur panjang yang menimbulkan kenaikan kasus.
Jika melihat penambahan kasus pada Maret 2020 lalu, hal itu disebabkan belum terbentuknya kekompakan masyarakat dalam menjalankan upaya pencegahan. Saat itu Covid-19 merupakan penyakit baru dan pengetahuan terkaitnya masih sangat minim.
Merujuk pada hasil studi Matraj dan Leung (2020), semakin dini intervensi pencegahan, maka semakin berdampak melandainya kurva kasus dan menguatnya kapasitas sistem kesehatan. Oleh karena itu upaya pencegahan penyakit menular seperti Covid19 bersifat multipilikatif.
Perlu dimengerti bahwa upaya pencegahan yang baik harus terus dilakukan secara konsisten. Pasalnya selama masa pandemi belum berakhir, peluang penularan masih ada, seperti yang terjadi pasca-libur panjang yang menimbulkan kenaikan kasus.
"Hal ini akhirnya berimbas pada kenaikan kasus positif dan menipisnya kapasitas pelayanan kesehatan," Wiku memberikan keterangan pers Perkembangan Penanganan Covid-19 di Graha BNPB, yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
"Makanya, dari setiap 1 kasus dicegah, berperan besar menekan meluasnya penularan," imbuhnya.
Adapun upaya preventif ialah melakukan 3M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan) secara disiplin, memasifkan 3T (testing, tracing dan treatment), menjauhi kerumunan, menunda perjalanan tidak mendesak, memasifkan vaksinasi khususnya pada populasi berisiko dan memperbaiki manajemen pelayanan kesehatan serta sistem kerja tenaga kesehatannya.
Patut disadari, Wiku melanjutkan, hidup di masa pandemi tidak mudah. Menghadapi pandemi Covid-19, bukan hanya soal tertular atatu tidak tertula, tetapi menyentuh banyak kepentingan lainnya. "Tidak ada jalan lain untuk keluar dari pandemi melainkan mampu beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru ini secara berkelanjutan," pungkas Wiku (Ist).