
Kediri – Meski postur tubuhnya mungil ternyata nyalinya cukup besar. Betapa tidak, perempuan petugas medis berani ini mendedikasikan dirinya sebagai teknisi laboratorium yang selalu bersinggungan dengan virus Corona (covid-19). Diana M Wulandari namnya, perempuan ini adalah Ahli Teknologi Laboratorium Medis (ATLM) Puskesmas Sukorame, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri.
Dengan APD lengkap, Perempuan ini terlihat menenteng kotak sampel Covid-19 untuk diuji dilaboratorium.Dia masuk dalam jajaran tenaga medis paling depan yangmenentukan “nasib” pasien selanjutnya. Dia adalah teknisi laboratorium yangbertugas mengambil sampel tracing dan screening pasien Covid-19, karena itulah mau takmau dia harusmenyentuh objek baik itu yang sudah positif maupun yang PDP.
“Puskesmas Sukorame termasuk yang palingbanyak mengambil sampel selain Balowerti,” kata Diana M. Wulandari, AhliTeknologi Laboratorium Medis (ATLM) Puskesmas Sukorame, Kecamatan Mojoroto, KotaKediri.
Diana bertugas mengambil sampel dari wargahasil tracing dan screening. Tugasnya adalah menemukan yang tak terlihatmenjadi terlihat dan harus bekerja secara akurat, ya benda yang harus ditemukan itu adalah virus corona.
Darah menjadi sampel yang diambil untukdites, kemudian dia juga mengambil cairan di hidung dan tenggorokan untuk selanjutnya di tesswab), dan juga tes dahak. Karena tugasnyainilah, Diana harus bersentuhan dengan warga yang sangatberpotensi positif Covid-19,bahkan dia harus kontak langsung dengan “memegang” cairan yang kemungkinan terkontaminasi virus tersebut melalui alat-alat medisnya. Sampel yang dia ambil akan menentukantindakan selanjutnya, maka dalam pengambilan maupundalam pengetesan harus akurat dan tidak boleh adakesalahan, terlebih hal ini bisa menentukan nyawa seseorang.
“Tak semua tenaga medis mau melakukan ini.Saya mau karena…,” jawabnya terhenti sejenak dan matanya berkaca-berkaca. Diamengakui menjadi pengambil sampel tidak mudah, karena berisiko besar, sertapakaian yang dikenakan cukup menyiksa. APD level 3 yang dikenakan cukupmembuatnya pusing karena masker tigalapis salah satunya N-95 yang menyebabkan susah bernapas hingga kurang oksigen.Namun ada hal lain yang ternyata menjadikannya kukuh mengambil tugas ini. Dia melihat bahwa manusiadiciptakan dengan dua alasan yaitu ada alasan dan jawaban.
Beberapa waktu lalu ketika Satgas Covid-19Nasional membutuhkan analis kesehatan untuk bertugas di Wisma Atlet Jakarta,Diana mendaftar tapi ternyata tidak diterima. Padahal semua persyaratanterpenuhi. Saat mendaftar dia tak berpikir bahwa Covid-19 akan sampai Kota Kediri.
“Itulah alasannya kenapa saya harus tetap diPuskesmas Sukorame. Ternyata saya harus melakukan tugas ini,” kata Diana.
Sekitar 28 sampel hasil tracing dan screening dia ambil dan kemungkinanakan tambah jika pandemi ini belum berhenti. Selain itu, dia juga akan mengambilsampel lagi karena selama 14 hari sejak pasien dinyatakan positif, maka kontakerat harus diambil sampel sebanyak 3 kali untuk 3 kali tes yaitu tes darah,swab, dan dahak.
“Kalau untuk hambatan, sejauh ini sudah tidakada lagi. Kami sudah punya APD yang lengkap yang menjamin keamanan kami,”katanya menambahkan.
Diana tidak sekali ini saja berurusan denganpenyakit menular. Sejak tahun 2009 ketika mulai bertugas di Puskesmas Sukorame,dia mengambilsampel para penderita TBC dan Dipteri. TBC merupakan penyakit yang mendapatperhatian serius di Kota Kediri. Prosedurnya hampir sama dengan pengambilan sampelCovid-19 meski untuk dua penyakit itu tidak perlu dengan APD level 3 karenasudah bukan pandemi lagi dan sudah ditemukan vaksinnya. APD level 3 adalah APDlengkap yang sekali pakai, sedangkan untuk level 2 bisa dicuci ulang. APD level1 biasanya dikenakan di laboratorium berupa masker dan sarung tangan.(gos)