
MOSKOW (Lenteratoday) -Kejutan datang dari Mantan presiden dan perdana menteri Rusia, Dmitry Medvedev yang memaparkan prediksi tahun 2023. Medvedev meramal Eropa bubar dan "akan terbentuk semacam negara baru di Eropa, yang antara lain terdiri dari Jerman, Polandia, negara-negara Baltik, Czechia, Slovakia, dan Republik Kyiv".
Hingga Kamis (29/12/2022), perkiraan yang ia tulis di Twitter dalam bentuk utas tersebut sudah dilihat 36,7 juta kali dan disukai oleh lebih 47.700 akun.
Pemilik baru Twitter, Elon Musk, berkomentar dan menggambarkan ramalan politisi yang sekarang menduduki jabatan wakil ketua Dewan Keamanan Rusia tersebut "prediksi paling absurd yang pernah ia dengar".
Terkait Elon, Medvedev mengatakan, "Elon Musk akan menang pemilihan presiden di beberapa negara bagian".
Prediksi lain yaitu wilayah yang sekarang dikenal sebagai Ukraina barat "akan diduduki oleh Polandia dan Hungaria" yang mengisyaratkan bahwa pada 2023 "negara Ukraina akan bubar".
Medvedev memprediksi "akan pecah perang antara Prancis dan negara baru pimpinan Jerman".
"Eropa akan terpecah, Polandia akan mengalami partisi sebagai akibatnya," kata Medvedev.
'Uni Eropa dan mata uang euro akan bubar'
Soal Uni Eropa, Medvedev mengatakan organisasi regional ini "akan bubar setelah Inggris bergabung kembali; dan euro tidak akan lagi sebagai mata uang tunggal".
Inggris menggelar referendum keanggotaan Uni Eropa pada 2016 dan hasilnya dijadikan dasar oleh pemerintah Inggris untuk keluar dari organisasi tersebut.
Menurut Medvedev, Irlandia Utara akan lepas dari Inggris dan bergabung dengan Negara Republik Irlandia.
Ia juga memperkirakan "akan pecah perang saudara di California dan sebagai akibatnya Texas akan berdiri sebagai negara sendiri".Dalam prediksinya, Texas dan Meksiko "akan bergabung menjadi satu negara".
Untuk ekonomi, Medvedev memprediksi "pusat-pusat pasar modal akan meninggalkan Amerika Serikat dan Eropa dan pindah ke Asia".
Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia "akan bubar" sementara dolar dan euro "tidak lagi menjadi bentuk cadangan devisa global".(*)

Sumber: Reuters,twt,dya /Editor: widyawati