17 April 2025

Get In Touch

Israel Tutup Mata Desakan Internasional, Tetap Serang Rafah

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (Reuters)
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (Reuters)

YERUSALEM (Lenteratoday) - Israel melalui Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tetap melancarkan serangan militer ke Rafah di Jalur Gaza selatan. Israel tidak menghiraukan tuntutan Hamas untuk gencatan senjata dan pertukaran sandera. Bahkan juga menutup mata akan desakan internasional.

Peringatan regional dan internasional meningkat sehubungan dengan pemboman Israel terhadap Rafah dengan persiapan untuk menyerang Rafah secara langsung, dan bahaya yang ditimbulkan terhadap ratusan ribu pengungsi yang mencari perlindungan di sana sebagai tempat perlindungan paling selatan di Jalur Gaza.

Mengenai negosiasi dengan Palestina, Netanyahu mengatakan, Israel tidak akan menyerah pada perintah internasional mengenai penyelesaian masa depan dengan Palestina. Dia menambahkan bahwa di bawah kepemimpinannya, Israel akan melanjutkan perlawanan kuatnya terhadap pengakuan sepihak atas negara Palestina.

Mengacu pada protes populer yang sedang berlangsung di beberapa kota di Israel sejak perang dimulai, menuntut pengunduran diri pemerintah, Netanyahu menyatakan penolakannya untuk mengadakan pemilu selama konflik.

Warga Israel melakukan demonstrasi setiap hari untuk menuntut pengunduran diri pemerintahan Netanyahu dan pembebasan para sandera. Protes diselenggarakan setiap Sabtu di seluruh negeri.

Sementara itu, dalam konferensi pers di Yerusalem bahwa, Netanyahu mengatakan bahwa tuntutan Hamas tidak masuk akal. Mereka ingin mencapai satu tujuan, yaitu kekalahan Israel. "Jelas kami tidak akan menyetujuinya. Jika Hamas membatalkan tuntutan ini, barulah kami akan bisa melanjutkannya," katanya dilansir dari antara, Senin (19/2/2024).

"Kami mempunyai kekuatan yang cukup untuk menghancurkan kekuatan Hamas di Gaza dan kami harus menghancurkan sebagian besar brigade mereka, dan kami telah membuat kemajuan besar dalam hal ini," lanjut Netanyahu.

Sebelumnya pada Sabtu (17/2/2024), kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh menekankan bahwa perlawanan tidak akan sepakat apa pun kecuali penghentian total agresi, penarikan tentara pendudukan dari Jalur Gaza, pencabutan pengepungan yang tidak adil.

"Serta penyediaan tempat penampungan yang aman dan layak bagi para pengungsi akibat kejahatan pendudukan, kembalinya para pengungsi, terutama ke Jalur Gaza bagian utara, diakhirinya kebijakan kelaparan yang biadab, dan komitmen terhadap rekonstruksi,” tegasnya

"Hamas selalu merespon dengan semangat positif dan bertanggung jawab melalui para mediator untuk menghentikan agresi terhadap rakyat kami, mengakhiri pengepungan yang tidak adil, dan memungkinkan aliran bantuan, tempat tinggal dan rekonstruksi," ujar Haniyeh dalam sebuah pernyataan. (*)

Sumber : Antara| Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.