30 September 2025

Get In Touch

Dakel Tak Keluar, Anggota DPRD Surabaya Bantu Bangun Plengsengan Punden Telogo

Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya Yona Bagus Widyatmoko saat melihat kondisi Punden Telogo Sepat.
Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya Yona Bagus Widyatmoko saat melihat kondisi Punden Telogo Sepat.

SURABAYA (Lentera) – Ketua Komisi A DPRD Surabaya, Yona Bagus Widyatmoko turun tangan membantu pembangunan plengsengan di kawasan Punden Telogo Sepat, Kelurahan Lidah Kulon, Kecamatan Lakarsantri. Langkah tersebut ia ambil setelah warga berulang kali mengajukan pembangunan melalui dana kelurahan (dakel), namun tak kunjung mendapat persetujuan dari Pemkot Surabaya.

“Alhamdulillah, di kesempatan reses ini saya menginisiasi sekaligus membantu pembangunan plengsengan Telogo Sepat dengan dana pribadi sebesar Rp26,5 juta. Dana itu difokuskan untuk sisi utara punden karena kondisinya sangat urgent,” ucap anggota dewan yang akrab disapa Cak Yebe saat reses di Punden RW 5 Lidah Kulon, Sabtu (13/9/2025).

Menurutnya, kondisi plengsengan di sisi utara punden rawan longsor saat musim hujan. Jika dibiarkan, bangunan balai RW dan pendopo yang dipakai warga untuk kegiatan sehari-hari bisa tergerus bahkan amblas.

“Kalau musim hujan, tanah di sekitar punden berisiko longsor. Itu bisa membahayakan bangunan balai RW dan pendopo,” tegas politisi Gerindra tersebut.

Ia menjelaskan, warga RW 5 Lidah Kulon sendiri sudah berkali-kali mengajukan pembangunan plengsengan melalui program dakel, namun selalu gagal direalisasikan. Kondisi ini membuat masyarakat akhirnya mengandalkan inisiatif pribadi dari Cak Yebe demi menyelamatkan lokasi bersejarah tersebut.

“Kesuwen ngenteni lan arep-arep dakel. Punden ini sarat histori bagi warga Sepat Lidah Kulon dan merupakan bagian dari kasanah budaya lokal Surabaya yang harus dilestarikan,” jelasnya.

Punden Telogo Sepat memiliki sejarah panjang yang lekat dengan identitas warga setempat. Lokasi ini dulunya dikenal sebagai Waduk Sakti Sepat, sebuah telaga tua yang memiliki fungsi spiritual sekaligus kultural bagi masyarakat.

Dalam tradisi Jawa, punden menjadi tempat sakral yang kerap menjadi pusat upacara adat seperti sedekah bumi atau ritual lainnya. Keberadaannya dipercaya sebagai simbol penjaga kampung sekaligus warisan leluhur yang harus dihormati.

“Punden Telogo Sepat ini bukan lokasi biasa, tapi punya nilai sejarah dan spiritual yang sangat penting. Jika rusak, bukan hanya fisiknya yang hilang, tapi juga warisan budaya yang diwariskan turun-temurun,” tambahnya.

Sayangnya, situs budaya seperti Punden Telogo Sepat kerap luput dari perhatian pemerintah. Padahal banyak punden di Surabaya yang bernilai sejarah namun belum mendapat anggaran pemeliharaan.

“Ini bukan hanya soal infrastruktur kecil, tapi soal warisan budaya yang perlu dijaga. Pemerintah harus lebih peduli pada titik-titik bersejarah seperti ini,” ungkapnya.

Dengan pembangunan plengsengan ini, warga berharap keberadaan Punden Telogo Sepat tetap aman dan terjaga, terutama saat musim hujan.

“Semoga upaya ini menjadi contoh sinergi antara legislatif dan masyarakat dalam melestarikan budaya lokal sekaligus menjaga keamanan lingkungan,” pungkas Cak Yebe. (*)

 

Reporter: Amanah
Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.