09 October 2025

Get In Touch

BGN Hentikan Operasional Satu SPPG di NTT, Imbas 384 Keracunan MBG

Tim investigasi BGN menghentikan operasional Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kota Soe 1, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), NTT pada, Selasa (7/10/2025). (foto:ist/Ant/BGN)
Tim investigasi BGN menghentikan operasional Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kota Soe 1, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), NTT pada, Selasa (7/10/2025). (foto:ist/Ant/BGN)

JAKARTA (Lentera) - Badan Gizi Nasional (BGN) menghentikan operasional Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kota Soe 1, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), imbas insiden 384 penerima manfaat keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG).

Ketua Tim Investigasi Independen BGN, Karimah Muhammad menyatakan SPPG tersebut akan ditutup, sampai hasil laboratorium keluar dan rekomendasi perbaikan diterapkan.

Dalam insiden itu yang terjadi, Jumat (3/10/2025) sebanyak 384 penerima manfaat mengalami gejala mual, muntah, pusing, dan sesak napas, setelah mengkonsumsi menu soto ayam suwir yang dibagikan oleh SPPG Kota Soe 1.

"Kejadian itu diduga disebabkan oleh kesalahan dalam pengolahan dan penyimpanan bahan pangan, khususnya daging ayam yang tidak memenuhi standar keamanan pangan," ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta mengutip Antara, Rabu (8/10/2025).

Oleh karena itu, pihaknya telah mengeluarkan Nota Dinas Nomor 585/D.TWS/10/2025 tanggal 6 Oktober 2025 tentang Pemberhentian Operasional SPPG Kota Soe 1, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten TTS di NTT

Langkah tegas diambil setelah Tim Investigasi Independen BGN mendapatkan temuan krusial, dalam investigasi lapangan di Kota Soe pascakejadian Luar Biasa insiden keamanan pangan, pada Jumat (3/10/2025).

Tim Investigasi menemukan fakta, bahwa pada 1 Oktober, SPPG Kota Soe 1 sempat membatalkan pengolahan bahan baku karena ada daging ayam beku yang tidak layak olah, dan bahan baku lainnya belum lengkap.

Tanggal 2 Oktober, SPPG menerima ayam beku baru dengan kondisi yang tampak baik dari pemasok yang sama. Setelah dibiarkan pada suhu ruang, bahan baku daging ayam beku itu lalu diolah untuk menu soto ayam suwir. Ahli gizi dan kepala SPPG hadir pukul 07.00 pagi untuk memastikan bahan siap dimasak.

Pemorsian makanan dilakukan pada pukul 6.20 pagi, 3 Oktober. Pada saat itu dilakukan uji organoleptik dengan hasil baik. Makanan lalu didistribusikan ke sejumlah sekolah dan posyandu.

Namun, sekitar pukul 13.30, laporan pertama muncul dari SD GMIT 2 Soe. Beberapa siswa mengalami muntah dan pusing dengan 384 orang terdampak dari 3.005 paket makanan yang dibagikan.

Kasus terbanyak terjadi di SD GMIT 2 Soe dan RSUD Soe. Gejala dominan yang dilaporkan adalah mual, muntah, dan pusing, diikuti buang air besar terus-menerus, serta sesak napas.

Tim menemukan variasi attack rate atau rata-rata waktu serangan antarsekolah dengan tingkat tertinggi di TK Oenasi dan SD GMIT 2 Soe. Beberapa sekolah lain seperti SMP Negeri 1 dan PAUD Bethania tidak melaporkan kasus.

Menurut Karimah, perbedaan ini menunjukkan adanya kemungkinan paparan tidak merata akibat penyimpanan bahan pada suhu yang tidak tepat atau perbedaan kualitas bahan pangan. Sebab, sebelum makanan didistribusikan, relawan di SPPG turut mencicipi, namun tidak mengalami gejala reaksi sebagaimana dialami sebagian penerima manfaat.

"Relawan dapur yang ikut mencicipi makanan tidak mengalami gejala. Atas kejadian ini, SPPG Kota Soe 1 langsung menghentikan distribusi makanan. Seluruh pasien telah mendapat penanganan medis, dan sudah dipulangkan secara bertahap sejak 4 Oktober dalam kondisi sembuh," tuturnya.

Tim Investigasi BGN merekomendasikan agar SPPG Kota Soe 1 melakukan pelacakan selama 2x24 jam untuk memastikan tidak ada kasus baru, melakukan pemantauan berkelanjutan; serta meningkatkan pengawasan terhadap pengolah makanan MBG di tingkat dapur dan lapangan.

"Seluruh pihak penyelenggara MBG diharapkan memperkuat sistem pengawasan mutu dan pelatihan keamanan pangan, agar kejadian serupa tidak terulang di wilayah lain," imbuhnya.

 

Editor: Arief Sukaputra

 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.