04 December 2025

Get In Touch

Dindik Jatim dan FJPI Latih Pelajar Lawan Hoaks Lewat Literasi Cek Fakta

Kegiatan Diskusi Interaktif \
Kegiatan Diskusi Interaktif \"Cerdas Bermedia: Lawan Hoaks dengan Literasi Cek Fakta\" yang digelar FJPI dan Dindik Jatim. (Amanah/Lentera)

SURABAYA (Lentera)- Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Jawa Timur bersama Dinas Pendidikan (Dindik) Jawa Timur menggelar kegiatan Diskusi Interaktif "Cerdas Bermedia: Lawan Hoaks dengan Literasi Cek Fakta" di Aula Sabha Nugraha Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Rabu (3/12/2025).

Dalam kesempatan turut hadir Sekretaris Dindik Jatim, Suhartono mewakili Kepala Dindik Jatim Aries Agung Paewai. 

Suhartono mengatakan, Dindik Jatim mengapresiasi adanya kegiatan diskusi interaktif dalam mengatasi permasalahan berita-berita hoaks di tengah gencarnya informasi yang masuk di era digital saat ini.

"Anak-anak kita, anak-anak di SMA, SMK, termasuk guru-gurunya dilibatkan. Apalagi diskusi ini menghadirkan narasumber-narasumber yang berkompeten di bidangnya. Minimal guru dan siswa akan mendapatkan informasi-informasi terhadap pemanfaatan media saat ini yang begitu luar biasa," kata Suhartono.

Lewat kegiatan ini, pihaknya berharap bisa memberikan banyak manfaat untuk para guru dan siswa dalam menyebarkan informasi. 

"Harapannya bisa berdampak terhadap anak-anak kita, terutama di usia anak-anak sekolah menengah, yaitu dalam memanfaat informasi dan teknologi lebi lebih baik dan lebih bijak," harapnya. 

Sementara itu, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), Akhsaniyah sebagai narasumber mengatakan, generasi muda, khususnya remaja dan perempuan, kini menjadi kelompok paling rentan terhadap tsunami informasi dan ancaman misinformasi.

Dalam paparannya, Akhsaniyah menekankan bahwa media sosial tak hanya memengaruhi pola konsumsi informasi, tetapi juga berdampak pada kesehatan mental. Tekanan sosial, standar kecantikan, hingga paparan konten negatif menjadikan perempuan sebagai salah satu kelompok yang paling terdampak. 

“Hoaks dapat memicu kecemasan, memecah belah masyarakat, bahkan menghambat pengambilan keputusan rasional. Karena itu, literasi cek fakta harus menjadi gaya hidup digital,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Sekjen FJPI Tri Ambarwatie mengingatkan remaja adalah pengguna internet paling aktif sekaligus target terbesar penyebaran hoaks. 

Mengutip data APJII dan Mafindo, ia menyebutkan bahwa 54 persen remaja pernah menyebarkan informasi tanpa verifikasi. 

“Konten palsu seperti pengumuman sekolah libur, video tawuran lama, hingga edit-an yang memicu perundungan seringkali viral karena emosi dan minimnya kemampuan verifikasi,” jelasnya.

Ia menuturkan, hoaks terus berkembang karena algoritma media sosial mendorong konten pemicu emosi, sementara masyarakat terbiasa membagikan informasi tanpa pengecekan. Kominfo sendiri mencatat lebih dari 11.000 hoaks berhasil dibersihkan sepanjang 2023.

Dalam upaya menangkal penyebaran informasi palsu, peserta dibekali metode lateral reading, pemanfaatan kanal resmi cek fakta seperti Cekfakta.com dan Turnbackhoax.id, serta lima langkah anti-hoaks. 

Diantaranya, jeda sebelum membagikan, cek sumber, uji gambar, verifikasi melalui situs resmi, dan membandingkan dengan media kredibel.

Tri Ambarwatie menegaskan generasi muda memiliki peran penting sebagai garda terdepan dalam membendung arus misinformasi. “Satu klik verifikasi dapat menyelamatkan banyak orang dari kepanikan,” tutupnya.

Reporter: Amanah|Eitor: Arifin BH

 

 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.