31 December 2025

Get In Touch

Thailand Kembali Serang Kamboja, Hampir 1 Juta Warga Mengungsi

Thailand serang Kamboja dengan F-16.
Thailand serang Kamboja dengan F-16.

SURABAYA (Lentera) - Thailand membombardir sebuah kasino dan sebuah jembatan di Kamboja. Sering bentrokan antara kedua negara terus berlanjut, setidaknya hampir satu juta warga kedua negara mengungsi.

Bentrokan kedua negara terus terjadi meski menjelang pertemuan khusus para menteri luar negeri ASEAN pada Senin (22/12/2025) untuk membahas konflik tersebut.

Serangan Thailand dengan Jet tempur F-16 Thailand membidik Jembatan O’Chik di Provinsi Oddar Meanchey pada Jumat malam (19/12/2025), lapor The Nation Thailand dengan mengutip militer Thailand. Jembatan tersebut berada di jalur jalan sekitar 62 kilometer dari perbatasan Thailand dan disebut-sebut menjadi rute pasokan amunisi bagi militer Kamboja.

Pesawat militer Thailand juga menghantam Kasino Thomoda dan menghancurkan sebuah basis artileri yang berlokasi di Distrik Veal Veng pada Sabtu, tulis media tersebut dalam laporan terpisah tanpa menyebutkan sumber. 

Kemudian pada Minggu (21/12/2025), militer Thailand menembaki wilayah Kamboja di beberapa titik, termasuk kawasan Kuil Ta Mone Thom, lapor The Phnom Penh Post dengan mengutip juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata.

Sementara itu, lebih dari 500 ribu warga Kamboja terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat bentrokan perbatasan mematikan yang berlangsung hampir dua pekan dengan Thailand. Kementerian Dalam Negeri Kamboja menyatakan krisis kemanusiaan ini terus memburuk seiring meningkatnya intensitas konflik.

Dalam pernyataan yang dirilis di Phnom Penh pada Minggu (21/12/2025), pemerintah menyebut sedikitnya 518.611 orang telah dievakuasi dari kawasan terdampak. Pengungsi tersebut mencakup perempuan dan anak-anak yang harus meninggalkan rumah serta sekolah demi menghindari serangan bersenjata.

Dilansir dari CNA, otoritas Kamboja menuding penggunaan artileri berat, roket, dan serangan udara oleh jet tempur F-16 Thailand sebagai penyebab utama gelombang pengungsian besar-besaran. Warga sipil disebut menghadapi kondisi sulit akibat perpindahan paksa yang berlangsung mendadak.

Sementara itu, pemerintah Thailand melaporkan sekitar 400.000 warganya juga mengungsi akibat konflik perbatasan yang kembali memanas. Bentrokan terbaru ini menandai eskalasi serius dalam hubungan kedua negara Asia Tenggara tersebut.

Menurut keterangan pejabat masing-masing negara, pertempuran yang melibatkan tank, drone, dan artileri telah menewaskan sedikitnya 22 orang di Thailand dan 19 orang di Kamboja. Jumlah korban diperkirakan masih dapat bertambah seiring berlanjutnya operasi militer di wilayah perbatasan.

Akar konflik Kamboja–Thailand berkaitan dengan sengketa batas wilayah sepanjang sekitar 800 kilometer yang diwariskan sejak era kolonial. Perselisihan juga mencakup klaim atas sejumlah reruntuhan candi kuno yang berada di kawasan perbatasan dan kerap menjadi titik panas ketegangan.

Kedua negara saling menuding sebagai pihak yang memicu pertempuran terbaru, termasuk tuduhan serangan terhadap warga sipil. Bentrokan sebelumnya yang terjadi selama lima hari pada Juli lalu telah menewaskan puluhan orang dan belum sepenuhnya mereda sebelum konflik kembali pecah bulan ini.

Tekanan internasional pun meningkat. China, Uni Eropa, Amerika Serikat, Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta Malaysia selaku ketua ASEAN saat ini, menyerukan gencatan senjata dan penyelesaian damai melalui dialog.

Sebagai langkah lanjutan, para menteri luar negeri negara-negara ASEAN, termasuk Kamboja dan Thailand, dijadwalkan menggelar pertemuan di Kuala Lumpur pada Senin untuk membahas situasi keamanan dan upaya meredakan konflik perbatasan tersebut.

Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan dirinya telah berbicara dengan perdana menteri Kamboja dan Thailand terkait upaya meredakan ketegangan, menurut unggahan di X. Malaysia saat ini menjabat sebagai ketua Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Asean) dan telah berperan sebagai mediator dalam konflik tersebut.

Pertemuan Asean pada Senin akan memberikan kesempatan bagi para menteri luar negeri negara anggota untuk bertukar pandangan mengenai situasi terkini antara Kamboja dan Thailand, demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Malaysia pada Minggu.

Para menteri juga akan “mempertimbangkan langkah-langkah yang mungkin diambil ASEAN untuk mendukung upaya yang tengah berlangsung menuju deeskalasi dan penghentian permusuhan demi kepentingan perdamaian dan stabilitas antara dua negara anggota ASEAN tersebut serta kawasan yang lebih luas,” lanjut pernyataan itu.

Thailand diperkirakan akan mendorong Kamboja untuk menyatakan gencatan senjata dalam pertemuan ASEAN dan bergabung dalam upaya pembersihan ladang ranjau, lapor Bangkok Post pada Sabtu dengan mengutip juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikorndej Balankura. Ia kembali menegaskan komitmen Thailand untuk menyelesaikan konflik tersebut, menurut laporan itu.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump disebut menaruh perhatian besar terhadap konflik perbatasan antara dua negara Asia Tenggara tersebut yang pecah awal tahun ini, termasuk dengan mengancam keduanya dengan pembatasan perdagangan pada Juli guna menghentikan pertempuran, lalu mengawasi tercapainya kesepakatan damai pada Oktober.

Bulan lalu, Thailand menangguhkan ketentuan dalam perjanjian tersebut setelah sejumlah tentaranya terluka akibat ledakan ranjau darat baru yang menurut militer Thailand dipasang oleh Kamboja. Tuduhan tersebut dibantah oleh Kamboja.

Kedua negara berbagi garis perbatasan sepanjang sekitar 800 kilometer. Konflik ini telah menewaskan puluhan orang dan memaksa lebih dari setengah juta warga mengungsi sejak dimulai awal tahun ini. (*)


Editor : Lutfiyu Handi/berbagai sumber
 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.