Gandeng 36 Perusahaan dan Lembaga, Bersama Menanggung Biaya Pendidikan Pelajar SMP dari Keluarga MBR

Air mata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini akhirnya tumpahtak tertahan. Ia seakan tak mampu menahan rasa gembiranya. Pasalnya, parapelajar SMP yang berasal dari keluarga Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR),nantinya bisa sekolah tanpa memikirkan biayanya. Sebanyak 36 perusahaan dan lembagasudah siap menanggung biayanya.
Bantuan 36 perusahaan dan lembaga itu berupa pemberian bantuan melalui Corporate Social Responsibility (CSR) berbentuk beasiswa pendidikan. Penyerahan bantuan itu pun telah dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) di lobi lantai 2 Balai Kota Surabaya, Senin (7/9/2020).

Dengan sorot bolamata yang berkaca-kaca, Wali Kota Risma menyampaikan terima kasih yang takterhingga kepada 36 perusahaan dan lembaga yang telah peduli terhadap pendidikananak-anak Surabaya. Apalagi, jumlah nominal yang terkumpul sangatlah besar,yakni sekitar Rp 4,3 miliar. “Atas nama pemerintah dan warga penerima beasiswa,saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan bapak ibusekalian kepada anak-anak kami,” kata Wali Kota Risma dalam sambutannya.
Saat mengingatkembali beberapa tahun silam, hati kecil Wali Kota Risma mengaku seakan teriris.Sebab, ketika di awal ia menjabat wali kota, banyak anak-anak Surabaya yangtidak dapat melanjutkan sekolah karena masalah biaya. Hal itu lantas berdampakpada tindakan kriminal dan perilaku negatif yang terjadi pada anak-anak.
Namun, lambatlaun kisah pilu itu berangsur sirna. Sebab, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabayaterus berupaya dengan berbagai cara untuk mengakomodir semua kebutuhanpendidikan anak dari keluarga MBR. Salah satunya di tahun 2020, pemkot meningkatkanalokasi anggaran di bidang pendidikan, yaitu sebesar 21 persen. Alokasi tersebut,antara lain digunakan dalam urusan sarana dan pra-sarana, infrastruktur,pendidikan gratis, hingga kesejahteraan guru.
Selain itu,untuk mengakomodir kebutuhan siswa keluarga MBR yang mengenyam pendidikan disekolah swasta, Wali Kota Risma setiap bulan juga mengajak pegawai di PemkotSurabaya untuk mengumpulkan uang pribadi yang dijadikan semacam zakat. Ketikasudah terkumpul, uang ini yang digunakan untuk membiayai anak putus sekolahhingga membantu daerah lain yang terkena bencana alam.
“Namun saat ini uangitu kami gunakan untuk membiayai penanganan Covid-19, terutama yang pasien sedangmelakukan isolasi mandiri. Biasanya kami menggunakan uang itu untuk membiayaimereka (siswa),” paparnya.
Rupanya langkah pemkot mengakomodir kebutuhan pendidikan siswa keluarga MBR dengan cara itu mendapat respon positif dari kalangan swasta. Perusahaan, lembaga, maupun perseorangan itu pun saling bahu-membahu mendukung pemkot membiayai pendidikan anak-anak Surabaya melalui CSR beasiswa.

Atas dasaritulah yang kemudian membuat air mata Wali Kota Risma tak terbendung hinggatumpah. Karena, ia tak bisa lagi menyembunyikan kebahagiaannya ketikaperusahaan/lembaga ini berkomitmen mendukung pemkot dalam pemenuhan biaya pendidikananak-anak Surabaya. “Alhamdulillah saya matur nuwun sekali. Sehingga anak-anakbisa sekolah dengan baik tanpa mereka memikirkan dari mana bisa membayar. Sayaterima kasih sekali, karena anak-anak telah dibantu biaya pendidikannya,” tuturWali Kota Risma.
Presiden UCLGAspac itu berharap, ke depan tidak ada lagi anak-anak Surabaya yang tidak bisasekolah karena masalah biaya. Apalagi, dampak negatif yang ditimbulkan dari adanyaanak putus sekolah itu sangat besar. "Mereka telah terbantu untukpendidikannya. Alhamdulillah matur nuwun (terima kasih) sekali. Bapak ibu, sayaterima kasih sekali atas nama warga,” tutur Wali Kota Risma di akhirsambutannya.
Menariknya, disela berlangsungnya acara penandatanganan MoU CSR beasiswa itu, rupanya memantikhati kecil salah satu tamu undangan yang hadir. Dia adalah Heru Budi Hartono, KetuaYayasan Sekolah Tiga Bahasa Xin Zhong School. Secara spontanitas, dia menyumbangkanuang pribadinya senilai Rp 450 juta. Uang pribadi itu akan diberikan kepada sekitar50 orang pelajar SMP dari keluarga MBR untuk membiayai pendidikan mereka hinggatahun ketiga.
“Saya pribadimembantu ini supaya bisa membantu anak-anak yang tidak mampu. Supaya merekamendapat pendidikan yang bagus. Kemudian mereka dapat berbakti kepadaIndonesia. Itu tujuan saya,” kata Heru Budi Hartono.
Sementara itu, KepalaDinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Supomo mengatakan, berdasarkan dataMBR yang tercatat, hingga saat ini total ada sekitar 13 ribu anak yang menerimaintervensi bantuan berupa beasiswa itu. Penerima beasiswa itu terdiri dari siswakeluarga MBR jenjang SMP. “Jadi intervensi ini untuk anak-anak yang masuk keSMP. Kemudian yang kedua melalui sekolah mitra warga. Jadi kalau dari merekaada yang bersekolah di swasta mereka sudah tidak perlu bayar lagi,” kataSupomo.
Karena itu,Supomo menyatakan, bahwa sekolah swasta yang menerima siswa dari mitra wargatidak perlu lagi khawatir. Sebab, Pemkot Surabaya telah menggandengperusahaan/lembaga untuk menanggung semua biaya para siswa itu sampai lulus.Apalagi, saat ini perlakuan sekolah swasta sama seperti di sekolah negerigratis tanpa dipungut biaya sepeser pun. “Sampai lulus tiga tahun. Jadi tidakada biaya uang gedung atau semacamnya. Tapi kalau untuk uang rekreasi samaseperti sekolah negeri mereka membayar sendiri,” jelas Supomo.
Hingga saat ini,ada sekitar 200 sekolah swasta yang tergabung dalam program mitra keluarga.Sedangkan untuk jumlah siswanya, mantan Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Surabayaitu menyebut, bahwa hal itu tergantung pada masing-masing sekolah. “Kalau untukbuku sudah dicover oleh Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bopda (BantuanOperasional Pendidikan Daerah) itu masih ada kekurangan. Nah, kekurangan inilah yang tercover oleh CSR tadi,” pungkasnya. (ADV)