SURABAYA – Pemadaman listrik selama 7 jam lebih pada hari Minggu (4/8) di Jakarta, menicu kekhawatiran di berbagai daerah lain, termasuk Jawa Timur ( Jatim). Meski dinyatakan surplus listrik, namun semua kalangan harus mengantisipasi, terutama para pelaku usaha karena dipastikan pemadaman akan menghambat proses produksi.
“Peristiwa padamnya listrik yang terjadi di Jakarta dan kota lain menjadi pelajaran bagi kita semua terutama PLN untuk antisipasi agar tidak terjadi pemadaman yang lama seperti itu,” ujar Ketua Kadin Surabaya, Jamhadi, Selasa (6/8).
Seperti diketahui,
Presiden Jokowi sampai turun tangan langsung dan meminta PLN segera mengatasinya.
Jamhadi menambahkan, Surabaya sebagai ibu kota Jatim tentu saja menjadi wilayah yang potensi mengalami kerugian bila ada pemadaman. Diakuinya kalangan pengusaha mulai merasa khawatir akan adanya blackout di Surabaya khususnya dan Jatim umumnya.
Apalagi, Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia setelah DKI Jakarta memiliki potensi ekonomi tinggi.
Menurut catatan ada perputaran uang sekitar Rp 2 Triliun di Kota Pahlawan. Sedangkan di Jatim total perputaran uang mencapai Rp 9,6 Triliun.
Ditegaskannya, pemadaman listrik dengan waktu yang lama akan menganggu dan menghambat proses produksi bagi kalangan pengusaha
“Di Surabaya ada sekitar 152 hotel, juga ada banyak gedung komersial lainnya seperti Bank, Universitas, Rumah Sakit dan objek vital lainnya” tambah Jamhadi.
Menurut Jamhadi, Surabaya dan Jatim saat ini masih surplus listrik sekitar 2500 MW. Tetapi antisipasi tetap perlu dilakukan. “Sebagai orang yang bergelut didunia usaha, kita tetap perlu antisipasi dengan menggunakan genset dan solar energy sebagai second power,” katanya.
Selain dari PLN, supply listrik di Jatimbisa bertambah dengan beroperasinya LPA Benowo sebagai penghasil listrik. “Surabaya juga punya LPA Benowo yang bisa menghasilkan listrik, kita berharap segera difungsikan sesuai rencana,” tutupnya.(*)
.jpg)
