
SURABAYA (Lenteratoday) - Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah kejadian medis yang diduga terkait dengan vaksinasi. Kejadian KIPI serius yang diduga terkait vaksin AstraZeneca baru-baru ini telah terkonfirmasi tidak berkaitan langsung dengan vaksin tersebut. Kesimpulan ini diambil setelah membandingkan hasil uji klinik vaksin AstraZeneca.
Ini dikatakan Ketua Komnas KIPI, Prof. Dr. dr. Hindra Irawan Satari, Sp.A (K)., M.TropPaed. “Kasus KIPI terakhir yang sudah kami investigasi, setelah mengkaji data rekam medis pasien, dan pemeriksaan laboratorium, bisa disimpulkan kasus tersebut disebabkan oleh penyebab lain, tidak terkait dengan vaksin AstraZeneca,” jelas Prof. Hindra, pada Dialog Produktif yang diselenggarakan KPCPEN dan disiarkan di FMB9ID_IKP, Selasa (25/6/2021).
Prof. Hindra melanjutkan, “Proporsi KIPI yang dilaporkan masyarakat Indonesia mengenai AstraZeneca lebih rendah daripada data hasil uji klinik fase I-III vaksin tersebut. Oleh karena itulah AstraZeneca aman digunakan.”
Hal ini diperkuat keterangan dr. Ellen Sianipar, Sp.A(K), Ketua Komda PP KIPI Provinsi DKI Jakarta. “Sampai kini KIPI yang ditemukan khususnya di DKI Jakarta masih bersifat ringan seperti demam yang kemudian bisa hilang dengan sendirinya setelah satu dua hari,” terangnya.
“Sebelumnya AstraZeneca sudah dipakai untuk vaksinasi anggota TNI dan Polri sejak akhir Maret lalu. Untuk masyarakat umum memang baru dipakai pada bulan Mei. Sampai sekarang vaksinasi menggunakan vaksin AstraZeneca masih berlangsung dan saya harap masyarakat masih percaya dengan vaksin tersebut,” ujar dr. Ellen lebih lanjut.
Gejala-gejala yang perlu diperhatikan menurut Prof. Hindra adalah sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, sesak napas, sakit perut, dan pembengkakan tungkai. “Kalau itu terjadi lebih baik segera melapor supaya bisa diberi petunjuk apakah perlu dirujuk ke rumah sakit atau tidak,” terangnya.
“Sebetulnya kalau masyarakat jujur mengatakan ada masalah kesehatan, akan sangat membantu sekali. Apabila sakit, sebaiknya kita berobat terlebih dahulu sebelum divaksinasi. Karena takutnya nanti vaksinnya mubazir di dalam tubuh kita sehingga tidak efektif membentuk antibodi. Akibat lainnya, apabila seseorang jatuh sakit dan diduga terkait vaksinasi bisa memperlama program vaksinasi,” ujar dr. Jane Soepardi, MPH., Dsc, pakar imunisasi.
Menurut dr. Jane, vaksin AstraZeneca adalah vaksin yang saat ini paling banyak digunakan di seluruh dunia. Jumlah kasus global saat ini pun sudah mulai menurun karena adanya program vaksinasi global saat ini. “Kasus COVID-19 seperti di Amerika dan Eropa yang dulunya tinggi, kini sudah turun,” terangnya. (ist)