SURABAYA (Lenteratoday) - Berdasarkan assesmen dari Kementerian Kesehatan, Kota Surabaya masuk jadi level 1 yang sebelumnya berada pada level 2. Hal ini tentunya telah memenuhi 6 indikator yang telah ditentukan.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengatakan 6 indikator itu telah terpenuhi, di antaranya adalah tracing, testing, dan treatment, dan positivity rate Kota Surabaya di bawah 5, yaitu 0,4 persen.
“Terkait dengan BOR treatment kita 14 yang harusnya 60. Tracing yang harusnya 1:14, kita 1:20. Angka kematian yang harusnya di bawah 1 kita 0,6 per 1000 penduduk per minggu. Rawat inap di bawah 5, kita 3,6. Angka konfirmasi di bawah 20, kita berada di 8,” jelas Eri, di Balai Kota Surabaya.
Hal ini tentunya tidak lepas dari peran serta masyarakat dan stakeholder. Untuk itu, Eri mengucapkan terima masih dan mengajak semua kalangan untuk tetap menjaga agar Surabaya pada level 1. “Matur nuwun warga Surabaya. Ini perjuangan kalian semua stakeholder. Ayo kita jaga level 1 supaya Surabaya berkembang, meski hari ini kita masih terikat Inmendagri yg mengatakan level 3 karena Insya Allah aturan dalam Inmendagri ditambah vaksinasi. Level 2 vaksin min 50 persen. Level 1 min 60 persen,” ujarnya.
Untuk itu, karena Pemerintah Pusat masih menerapkan sistem aglomerasi, Eri berniat untuk membantu Kota Gresik dan Sidoarjo untuk mencapai target vaksinasi yang ditentukan.
“Kami koordinasikan dengan Gresik dan Sidoarjo karena kita aglomerasi, kita bantu nakes dengan vaksin yang ditambah Menkes di Sidoarjo dan Gresik. Nakes disiapkan. Karena Surabaya bergantung pada Gresik dan sebaliknya. Kebersamaan ini nggak bisa dipisahkan Surabaya Raya ini bisa level 2 atau 1,” katanya.
Yang jelas, tuntas Eri, masyarakat Kota Surabaya tetap menerapkan protokol kesehatan serta tidak euforia. Karena bisa menimbulkan kerugian dan sia sia atas usaha yang sudah dilakukan. "Jangan sampai Surabaya rugi. Perekonomian bisa terus naik. Jangan bosen pakai masker," tuntasnya. (Ard)
.jpg)
