22 April 2025

Get In Touch

66 Negara Berada di Posisi Kolaps

Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X (kiri) dan Wakil Gubernur DIY Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X (kanan) memberikan keterngan kepada wartawan usai pelantik
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X (kiri) dan Wakil Gubernur DIY Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X (kanan) memberikan keterngan kepada wartawan usai pelantik

JAKARTA (Lenteratoday) -Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa terdapat 66 negara yang berada pada posisi yang rentan untuk kolaps akibat situasi global yang tidak mudah dan sulit diprediksi.

Jokowi menyampaikan itu saat peresmian Pembukaan Kongres XII Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) dan Munas XI Persatuan Istri Veteran Republik Indonesia (PIVERI) Tahun 2022, di Plaza Semanggi, Balai Sarbini, Jakarta, Selasa (11/10/2022).

"Lembaga-lembaga internasional menyampaikan 66 negara berada pada posisi yang rentan untuk kolaps. Saat ini 345 juta orang di 82 negara menderita kekurangan akut dan kelaparan. Artinya ada krisis pangan," tuturnya, Selasa (11/10/2022).

Jokowi juga menyebut bahwa sebanyak 28 negara mengantre untuk meminta pertolongan kepada Dana Moneter Internasional (IMF) agar membantu perekonomian di negara tersebut.

"Tadi pagi saya mendapatkan telepon dari Menteri Keuangan dari Washington DC. Beliau menyampaikan sudah 28 negara antre masuk sebagai pasien IMF. Ini kondisi yang apa adanya harus saya sampaikan. Artinya pandemi yang melanda semua negara itu mengakibatkan ekonomi global ini ambruk," katanya.

Sayangnya, menurutnya, keadaan justru kian sulit akibat dampak perang antara Rusia dan Ukraina, sehingga krisis pangan, krisis energi dan krisis keuangan sekarang saat ini menghimpit semua negara.

Dia menceritakan, saat dirinya bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dengan melakukan pembicaraan selama 1,5 jam di Kyiev dan Presiden Rusia Vladimir Putin selama 2,5 jam di Moskow dengan bahasan atas keinginan Indonesia sesuai dengan amanat konstitusi untuk menjaga perdamaian dunia. 

"Meski begitu, dari pembicaraan 1,5 jam plus 2,5 jam saya menyimpulkan perang tidak akan usai dalam waktu yang dekat masih panjang dan inilah yang menyebabkan ketidakpastian ekonomi global," pungkas Jokowi, mengutip Bisnis (*)

Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.