09 April 2025

Get In Touch

Potensi Kematian di Gaza Bisa Sampai 86.000 Jika Perang Berlanjut

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbincang dengan sejumlah tentara Israel selama gencatan senjata sementara antara Hamas dan Israel, Jalur Gaza, Palestina, Minggu (26/11/2023) -Ant
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbincang dengan sejumlah tentara Israel selama gencatan senjata sementara antara Hamas dan Israel, Jalur Gaza, Palestina, Minggu (26/11/2023) -Ant

WASHINGTON (Lenteratoday) - Sebuah studi gabungan antara Amerika Serikat dan Inggris memperkirkan akan terjadi kematian mendekati 86.000 orang jika perang Israel di Jalur Gaza meningkat.

Potensi itu terkuak dalam studi Krisis di Gaza: Perkiraan Dampak Kesehatan Berbasis Skenario adalah proyek gabungan London School of Hygiene & Tropical Medicine dan Pusat Kesehatan Kemanusiaan Universitas Johns Hopkins.

Dilansir dari Antara, Kamis (22/2/2024), Studi yang dirilis pada Senin (19/2/2024) itu melacak tiga skenario, termasuk kemungkinan terburuk akibat eskalasi permusuhan di Gaza. Kemungkinan terburuk, akan ada kematian 85.750 warga Palestina akibat trauma fisik dan penyakit dalam enam bulan ke depan.

Jumlah itu di luar hampir 30.000 kematian yang dicatat otoritas kesehatan di Gaza sejak awal perang pada Oktober tahun lalu. Penghitungan yang berdasarkan pada kondisi empat bulan terakhir menunjukkan bahwa cedera dan penyakit berpotensi membunuh 66.720 warga Palestina dalam setengah tahun ke depan.

Bahkan menurut skenario terbaik, yaitu apabila gencatan senjata diberlakukan, masih ada sekitar 11.580 warga Palestina yang kemungkinan kehilangan nyawa. Kurang dari 50 persen kematian kemungkinan akan disebabkan epidemi.

“Proyeksi kami mengindikasikan bahkan dalam skenario gencatan senjata terbaik sekalipun, ribuan kematian bakal terus terjadi, terutama karena waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki air, sanitasi, dan kondisi pengungsian," menurut laporan para penulis studi tersebut.

Selain itu, kata mereka, waktu juga diperlukan untuk memperbaiki gizi masyarakat dan memulihkan layanan kesehatan di Gaza. Proyek studi diharapkan dapat memperbarui temuan mereka secara berkala hingga Mei, seiring dengan perkembangan situasi di lapangan.

Studi itu mengemuka ketika Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menyatakan akan melancarkan perang ke Kota Rafah di Gaza selatan, tempat hampir satu setengah juta orang mengungsi.

Mayoritas pengungsi menyelamatkan diri ke Kota Rafah setelah mengungsi di wilayah-wilayah Gaza lainnya.

Netanyahu juga bersumpah akan meluncurkan serangan darat pada awal Ramadan jika lebih dari 130 sandera yang ditahan kelompok perlawanan Hamas tidak dibebaskan. (*)

Sumber: Anadolu/antara | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.