10 April 2025

Get In Touch

WHO: Lebih dari Satu Miliar Orang di Seluruh Dunia Mengalami Obesitas

Seseorang dengan kelebihan berat badan duduk di sebuah kursi di Times Square di New York (08/05/2012). (FOTO: Reuters/Lucas Jackson)
Seseorang dengan kelebihan berat badan duduk di sebuah kursi di Times Square di New York (08/05/2012). (FOTO: Reuters/Lucas Jackson)

LONDON (Lenteratoday) - Lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia saat ini dianggap mengalami obesitas, suatu kondisi yang terkait dengan peningkatan risiko berbagai masalah kesehatan yang serius, menurut perkiraan terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan sekelompok peneliti internasional.

Obesitas begitu lazim terjadi dan telah menjadi lebih umum daripada kekurangan berat badan di sebagian besar negara, termasuk di banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah yang sebelumnya berjuang dengan kekurangan gizi.

"Sejumlah besar orang hidup dengan obesitas," kata Majid Ezzati, penulis senior makalah yang diterbitkan di The Lancet pada hari Kamis (29/02/2024) dan seorang profesor di Imperial College London.

Temuan ini, yang dianggap sebagai salah satu estimasi independen yang paling otoritatif, didasarkan pada data dari lebih dari 220 juta orang di lebih dari 190 negara.

Sementara tingkat obesitas menurun di banyak negara kaya, tingkat obesitas meningkat pesat di tempat lain, tambah Ezzati. Dan meskipun kekurangan berat badan menjadi semakin jarang terjadi secara global, di banyak negara hal ini masih menjadi masalah yang signifikan, sehingga semakin banyak negara yang menghadapi apa yang disebut sebagai "beban ganda" kekurangan gizi.

"Di masa lalu, kita menganggap obesitas sebagai masalah orang kaya. Obesitas adalah masalah dunia," kata Francesco Branca, kepala nutrisi di WHO, dalam sebuah konferensi pers.

Tingkat obesitas pada orang dewasa meningkat lebih dari dua kali lipat antara tahun 1990 dan 2022, dan lebih dari empat kali lipat pada anak-anak dan remaja berusia 5 hingga 19 tahun, kata laporan tersebut.

Selama periode yang sama, proporsi anak perempuan, anak laki-laki dan orang dewasa yang dianggap kekurangan berat badan turun masing-masing seperlima, sepertiga dan setengahnya, demikian hasil analisis tersebut.

Ezzati menyebut peningkatan angka obesitas di kalangan anak-anak "sangat memprihatinkan", yang mencerminkan kecenderungan yang terjadi pada orang dewasa bahkan sejak sebelum tahun 1990. Pada saat yang sama, katanya, ratusan juta orang masih tidak memiliki cukup makanan.

Kekurangan berat badan yang parah dapat sangat merugikan perkembangan anak-anak dan, yang paling ekstrem, kondisi ini dapat menyebabkan orang mati kelaparan. Orang yang mengalami obesitas juga berisiko mengalami kematian dini dan kecacatan mengingat adanya kaitan antara obesitas dengan penyakit diabetes, penyakit jantung dan ginjal, serta berbagai kondisi kesehatan serius lainnya.

Peningkatan beban ganda ini paling banyak terjadi di beberapa negara berpenghasilan rendah dan menengah, kata laporan tersebut, termasuk di beberapa bagian Karibia dan Timur Tengah.

Di negara-negara ini, tingkat obesitas sekarang lebih tinggi daripada di banyak negara berpenghasilan tinggi, terutama di Eropa. Di beberapa negara Eropa seperti Spanyol, ada indikasi tingkat obesitas mulai menurun atau setidaknya stagnan, tambah Ezzati.

Data terbaru ini merupakan yang pertama kali dikeluarkan oleh tim tersebut sejak tahun 2017, dan disusun oleh lebih dari 1.500 ilmuwan dalam Kolaborasi Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular. Pada saat itu, sekitar 774 juta orang di atas usia 5 tahun diperkirakan hidup dengan obesitas, proporsi yang sama - sekitar 1 dari 8 orang - dengan angka yang baru. (*)

Sumber: Channel News Asia

Penerjemah: Lambang (mk) | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.