
PUNCAK (Lentera) -Satuan Tugas Gabungan TNI melumpuhkan dua anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) dalam dua operasi penindakan di Kabupaten Puncak, Papua Tengah, yang digelar pada Selasa (22/7/2025) dan Rabu (23/7/2025).
Operasi tersebut merupakan bagian dari Operasi Militer Selain Perang (OMSP) sesuai amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2025 tentang Perubahan atas UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI.
“Operasi ini merupakan bagian dari pelaksanaan tugas pokok TNI dalam OMSP sebagaimana diatur dalam Undang-Undang,” ujar Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen Kristomei Sianturi, dalam keterangan tertulis.
Dua anggota OPM yang dilumpuhkan dalam operasi ini adalah Lison Murib alias Limar Elas di Kampung Kunga, Distrik Ilaga, dan Alena Murib alias Alerid Murib di Kampung Gunalu, Distrik Onerik.
Keduanya diketahui aktif dalam aksi bersenjata dan teror terhadap masyarakat sipil di wilayah pegunungan tengah Papua.
Lison Murib masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) sejak April 2020 lantaran terlibat dalam aksi penembakan terhadap warga sipil di Mimika. Pada tahun 2021, ia diketahui menjabat sebagai Komandan Batalyon Kunga, yang memperkuat struktur bersenjata OPM di Kabupaten Puncak.
Temuan Senjata, Bendera Bintang Kejora, dan Uang Puluhan Juta Rupiah
Dari lokasi operasi di Kampung Kunga, aparat TNI menyita sejumlah barang bukti penting yang diduga terkait aktivitas separatis. Barang-barang tersebut antara lain:
- Uang tunai jutaan rupiah
- Lima unit telepon seluler
- Satu unit handy talky
- Teropong
- Senjata tajam
- Amunisi kaliber 5,56 mm
- Dokumen dan barang pribadi lain
Sementara dari lokasi kedua di Kampung Gunalu, petugas mengamankan:
- Uang tunai puluhan juta rupiah
- Empat magazen
- Amunisi kaliber 7,62 mm dan 5,56 mm
- Bendera Bintang Kejora
- Cap stempel Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB)
- Dokumen berisi permintaan dana
Temuan tersebut memperkuat dugaan adanya aliran dana ilegal untuk mendukung aktivitas kelompok separatis. Dokumen permintaan dana yang ditemukan diduga menjadi bukti adanya praktik pemaksaan terhadap aparat pemerintah dan masyarakat sipil untuk mendanai aksi bersenjata OPM.
Meski operasi penindakan terus dilakukan, TNI menegaskan bahwa pendekatan humanis dan dialogis tetap menjadi bagian penting dalam menjaga stabilitas keamanan jangka panjang di Papua.
“Namun di luar aspek penindakan, TNI tetap konsisten menjalankan pendekatan teritorial yang humanis dan dialogis, sebagai bagian dari upaya jangka panjang membangun stabilitas keamanan nasional, terutama di Papua,” kata Kristomei, mengutip Kompas, Rabu (30/7.2025)
Ia menambahkan, TNI akan terus menjalankan tugas menjaga kedaulatan negara dan melindungi masyarakat Papua dari berbagai ancaman bersenjata.
“TNI dengan tangan terbuka akan menerima siapa pun dari kelompok separatis yang ingin kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” tegas Kristomei (*)
Editor: Arifin BH