23 August 2025

Get In Touch

KLB Campak di Sumenep, DPRD Jatim Warning Dinkes Jatim untuk Turun Tangan

Anggota Komisi E DPRD Jawa Timur, Indriani Yulia Mariska
Anggota Komisi E DPRD Jawa Timur, Indriani Yulia Mariska

SURABAYA (Lentera) – Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, tengah menghadapi kejadian luar biasa (KLB) kasus campak setelah enam anak meninggal dunia. Sejak Januari hingga pekan pertama Agustus 2025, Dinas Kesehatan P2KB Sumenep mencatat ada 1.534 kasus campak di wilayah tersebut.

Anggota Komisi E DPRD Jawa Timur, Indriani Yulia Mariska, menyatakan dukungan penuh terhadap langkah-langkah penanggulangan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Sumenep. Dia juga memberi warning agar Dinkes Jatim segera turun tangan.

“Saya mendukung penuh atas keputusan Dinkes Sumenep untuk melakukan imunisasi massal guna pencegahan campak agar korban campak tidak bertambah, bahkan semoga rantai penyebaran campak juga terhenti di lingkungan masyarakat,” ungkap Indriani Rabu (20/08/2025).

Upaya penanggulangan KLB campak di Sumenep dilakukan melalui imunisasi massal yang melibatkan seluruh puskesmas serta dukungan lintas sektor. Dinkes Sumenep juga telah melakukan kajian epidemiologi terkait kasus ini dan mengeluarkan surat edaran ke desa-desa untuk penanganan isolasi bagi penderita campak. Selain itu, Dinkes melakukan microplanning di puskesmas-puskesmas sebagai bagian dari pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI), atau imunisasi ulang massal untuk anak-anak usia 9 bulan hingga 59 bulan di seluruh wilayah Sumenep.

Indriani yang juga Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jawa Timur menekankan pentingnya peran aktif masyarakat dalam mencegah penyebaran campak. Dan yang utama Dinkes Jatim harus segera tungun tangan.

“Ini warning agar semua elemen turun tangan, termasuk Dinkes Jatim. Saya pun berharap semua lapisan masyarakat Sumenep juga ikut membantu upaya pencegahan campak di sekitar lingkungannya. Jangan lupa juga untuk menjaga kebersihan lingkungan, makan makanan sehat dan bergizi, serta menerapkan pola hidup sehat yang dimulai dari diri sendiri,” jelasnya.

Data Dinas Kesehatan P2KB Sumenep menunjukkan bahwa kasus campak paling banyak terjadi pada anak usia di bawah lima tahun. Kondisi ini menekankan urgensi pelaksanaan imunisasi massal serta langkah-langkah pencegahan lainnya.

Sejumlah puskesmas di Sumenep telah menyiapkan tenaga medis dan fasilitas pendukung untuk mendukung program imunisasi massal. Pendekatan ini tidak hanya bertujuan menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat campak, tetapi juga menghentikan rantai penularan di masyarakat.

Reporter: Pradhita/Editor:Widyawati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.