
SURABAYA (Lentera) -Salah satu menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, dikabarkan menggunakan menu ikan hiu goreng.
Ikan hiu goreng tersebut diduga menjadi penyebab kasus keracunan makanan massal di kabupaten tersebut.
Kepala Regional MBG Kalbar, Agus Kurniawi mengakui penyajian menu tersebut merupakan kelalaian serius dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Mulia Kerta.
“Soal menu ikan hiu, itu murni kesalahan dan keteledoran dari SPPG kami. Mereka tidak teliti memilih menu. Ikan hiu itu dibeli dari TPI Rangga Sentap, produk lokal,” kata Agus, Kamis (24/9/2025).
Menurut Agus, ikan hiu tidak semestinya disajikan untuk anak sekolah. Selain jarang dikonsumsi anak-anak, ia khawatir ikan tersebut mengandung zat berbahaya.
“Harusnya menu yang dipilih itu yang digemari siswa. Anak-anak jarang sekali mengonsumsi ikan hiu. Bisa saja ikan hiu ini memiliki kandungan merkuri. Itu yang sangat saya sesalkan,” ujarnya.
Agus menegaskan, jika investigasi membuktikan makanan dari dapur tersebut menjadi penyebab keracunan, SPPG Mulia Kerta akan ditutup permanen.
Namun, benarkah bahwa ikan hiu membahayakan kesehatan?
Beberapa jenis ikan memang beracun
Guru besar di bidang Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Ali Khomsan menjelaskan bahwa beberapa jenis ikan memang diketahui beracun.
“Beberapa jenis ikan memang diketahui beracun. Yang sangat populer adalah ikan buntal yang memang memproduksi racun sehingga sangat berbahaya bila dikonsumsi,” jelas Ali, Kamis (25/9/2025).
Namun, ikan-ikan beracun tersebut terkadang memang dapat disantap. Ali menyebut ada deberapa chef atau juru masak yang berani untuk mengolah ikan beracun dan menjadikannya aman untuk dikonsumsi.
“Ada beberapa chef yang memang berani mengolah ikan beracun. Diolah dan diminimalisir proses pengeluaran racunnya sehingga ketika dikeluarkan, racun itu tidak menyebar di seluruh tubuh ikan,” jelas Ali.
Namun, Ali menegaskan bahwa setiap orang harus berhati-hati dalam memahami bahwa suatu ikan dapat beracun.
Menu MBG tidak usah neko-neko
Ali mengatakan bahwa menu MBG untuk anak-anak seharusnya merupakan menu yang lazim dan sudah jelas dikenal aman dikonsumsi.
"Tidak usah neko-neko mencari alternatif menu lokal bagi anak-anak penerima MBG, gunakan saja menu tradisional seperti telur, daging ayam, atau apapun yang memang sudah dikenal aman," jelasnya.
Selain itu, menurutnya, para penduduk lokal sebenarnya juga sudah memahami mengenai jenis-jenis ikan yang aman untuk dikonsumsi.
"Sebenarnya yang memahami ikan beracun itu penduduk lokal yang sebenarnya sudah paham bahwa ikan itu beracun dan tidak layak dikonsumsi," pungkasnya.
Korban keracunan di Ketapang mencapai 25 orang
Dikabarkan, jumlah korban keracunan di SDN 12 Benya Kayong bertambah menjadi 25 orang, terdiri atas 24 murid dan seorang guru.
Kepala Dinas Kesehatan Ketapang, Feria Kowira, mengatakan delapan pasien baru masuk pada Selasa (23/9/2025) malam.
“Total yang ditangani menjadi 25 orang,” ujarnya di RSUD dr. Agoesdjam, dikutip dari Kompas.
Dari jumlah itu, 22 pasien sudah pulih dan dipulangkan, sementara tiga masih dirawat karena demam, sakit perut, dan mual.
Seluruh biaya perawatan ditanggung pemerintah daerah. Sampel makanan, termasuk ikan hiu goreng, sudah dikirim ke BPOM Kalbar untuk diuji laboratorium.
“Hasilnya masih menunggu,” kata Feria (*)
Editor: Arifin BH