02 October 2025

Get In Touch

Kasus Bakteri 'Superbug' di AS Melonjak 460 Persen

ilustrasi bakteri
ilustrasi bakteri

JAKARTA (Lentera) - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) dalam laporannya pekan ini mengingatkan bahwa pada periode 2019 hingga 2023 terjadi lonjakan signifikan kasus infeksi bakteri akibat superbug bernama NDM-producing carbapenem-resistant Enterobacterales (NDM-CRE). Angkanya meningkat dari sekitar 0,25 menjadi 1,35, atau naik lebih dari 460 persen di Amerika Serikat.

Shruti Gohil, profesor asosiasi bidang penyakit infeksi di UC Irvine School of Medicine, menjelaskan bahwa NDM-CRE merupakan jenis bakteri dengan gen khusus yang mampu menghancurkan antibiotik kuat, sehingga sebagian besar pengobatan menjadi tidak efektif.

"Hal ini membuat bakteri 'superbug' ini sangat sulit diobati karena resisten terhadap beberapa antibiotik paling kuat yang kita miliki," kata Gohil, dikutip dari Los Angeles Times.

Laporan CDC yang pertama kali dipublikasikan pada 2022 mencatat bahwa pada tahun 2020 terdapat sekitar 12.700 kasus infeksi dan 1.100 kematian di Amerika Serikat akibat bakteri resisten tersebut.

"Karena bakteri tersebut resisten terhadap sebagian besar antibiotik, pilihan pengobatan sangat terbatas, menyebabkan pemulihan lebih lambat dan risiko lebih tinggi terhadap komplikasi serius atau kematian," kata Gohil.

CDC tidak menyebutkan penyebab pasti lonjakan tersebut. Namun, Neha Nanda, direktur medis program pengawasan antibiotik di Keck Medicine USC, menilai peningkatan itu berkaitan dengan penggunaan antibiotik pada pasien COVID-19 pada masa awal pandemi.

Pejabat kesehatan menekankan bahwa NDM-CRE sebelumnya jarang terdeteksi di Amerika Serikat, sehingga tenaga medis mungkin tidak langsung mengidentifikasinya ketika menghadapi pasien dengan infeksi bakteri. CDC juga memperingatkan bahwa kenaikan ini berpotensi meningkatkan jumlah kasus infeksi maupun kematian akibat NDM-CRE.

Ini menjadi laporan kedua dari CDC yang menyoroti peningkatan kasus bakteri tersebut. Laporan sebelumnya yang terbit pada Juni lalu berfokus pada kasus di New York City dalam periode 2019 hingga 2024.

"Saya pikir ini mungkin menjadi kesempatan bagi kita untuk mengubah narasi yang menyatakan bahwa semua pasien biasanya menginginkan antibiotik," kata Nanda.

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.