31 December 2025

Get In Touch

Dapur PMBA Unusa Hadir di Aceh, Fokuskan Perlindungan Gizi dan Pemulihan Psikologis Pascabencana

Dapur PMBA Unusa yang berada di Aceh.
Dapur PMBA Unusa yang berada di Aceh.

ACEH (Lentera) – Di tengah upaya pemulihan pascabencana, perhatian terhadap bayi, anak, dan ibu kerap menjadi tantangan tersendiri. Menjawab kebutuhan tersebut, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menghadirkan Dapur Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) di wilayah Pantee Lhong, Kabupaten Bireuen, Aceh, sebagai ruang aman pemenuhan gizi sekaligus pemulihan psikologis bagi kelompok masyarakat rentan.

Program Dapur PMBA ini merupakan bagian dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang dilaksanakan Unusa, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen. Fokus utamanya adalah penguatan layanan kesehatan, pemenuhan gizi, serta penerapan praktik sanitasi yang layak bagi kelompok rentan, khususnya dalam situasi darurat dan pascabencana.

Keberadaan Dapur PMBA tidak hanya dimaknai sebagai sarana fisik. Lebih dari itu, dapur ini dirancang sebagai ruang aman untuk memastikan bayi dan anak memperoleh asupan gizi sesuai standar kesehatan, terutama pada masa krisis ketika akses pangan dan layanan kesehatan kerap terganggu. Dapur PMBA juga diharapkan menjadi pusat edukasi gizi dan praktik sanitasi yang baik berbasis komunitas.

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unusa, Achmad Syafiuddin, S.Si., M.Phil., Ph.D mengatakan program ini berangkat dari kesadaran akan pentingnya perlindungan kelompok rentan sebagai bagian dari keadilan sosial.

“Dalam situasi bencana maupun pascabencana, kelompok rentan sering kali menjadi pihak yang paling terdampak, namun justru paling mudah terabaikan. Melalui pembangunan Dapur PMBA ini, Unusa ingin memastikan hak dasar mereka, khususnya pemenuhan gizi dan kesehatan, tetap terpenuhi secara layak dan bermartabat,” ucap Syaifuddin dalam keterangan, Rabu (24/12/2025).

Menurut Syafiuddin, pendekatan yang digunakan dalam program ini bersifat komprehensif dan berkelanjutan. Pembangunan dapur menjadi pintu masuk bagi program yang lebih luas, yakni penguatan kapasitas masyarakat.

“Kami tidak berhenti pada pembangunan sarana fisik. Tim Unusa juga melakukan edukasi kesehatan dan gizi, pendampingan praktik pemberian makanan bayi dan anak yang benar, serta penguatan peran masyarakat lokal agar mampu mengelola dan melanjutkan program ini secara mandiri,” jelasnya.

Ia menambahkan, kolaborasi dengan pemerintah daerah dan masyarakat setempat menjadi kunci keberhasilan program. Dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, Dapur PMBA diharapkan tidak hanya berfungsi saat terjadi bencana, tetapi juga dapat dimanfaatkan dalam kondisi normal sebagai pusat layanan gizi berbasis komunitas.

Syafiuddin yang juga Ketua Center for Environmental Health of Pesantren (CEHP) Unusa menuturkan, dapur PMBA di Bireuen mengusung pendekatan inklusif dalam penanganan kesehatan masyarakat. Selain menyediakan makanan bergizi, dapur ini juga menjadi ruang interaksi, edukasi, serta pemulihan fisik dan psikologis, khususnya bagi ibu dan anak.

“Program ini menegaskan peran strategis perguruan tinggi sebagai agen perubahan sosial. Dengan mengintegrasikan keilmuan, riset, dan pengabdian, Unusa berkomitmen untuk terus hadir di tengah masyarakat dan mendorong terwujudnya ketahanan kesehatan yang berkeadilan,” ungkapnya.

Ke depan, Unusa berharap model Dapur PMBA di Kabupaten Bireuen dapat menjadi praktik baik yang direplikasi di wilayah lain, terutama daerah-daerah yang rentan terhadap bencana.

“Melalui sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan masyarakat, upaya perlindungan kelompok rentan diharapkan dapat berjalan lebih sistematis, berkelanjutan, dan berdampak luas,” pungkasnya.

Diketahui, program Dapur PMBA tersebut mendapat dukungan pendanaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM), Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), sebagaimana tercantum dalam Surat Pengumuman Nomor 1737/C3/AL.04/2025. 

Dukungan ini menegaskan, kepercayaan pemerintah terhadap peran strategis perguruan tinggi dalam menjawab persoalan kemanusiaan di masyarakat.

 

Reporter: Amanah/Editor: Ais

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.